You - 04

3.6K 329 12
                                    

Saat al dan rendi tiba di sebuah restaurant, al sejenak menghentikan langkahnya. Ia memandang sosok gadis yang tengah membantu ibu-ibu hamil untuk menyebrang. Gadis itu nampak tertawa lepas dan terus saja bercanda gurau dengan wanita yang tengah hamil besar itu.

"Pak al." Rendi menyadarkan al dari lamunannya.

Ia pun memiringkan kepalanya dan menatap sosok rendi. "Ya ren."

"Bapak baik baik saja pak?" Tanya rendi yang melihat keanehan atasannya itu.

"Saya baik-baik saja, ayok." Ajak al dan melanjutkan kembali langkahnnya. Namun setelah Beberapa langkah al tiba tiba kembali berhenti, ia memiringkan kepala dan menatap sosok gadis yang tengah menaiki mobilnya.

Al merasa ada sesuatu yang hangat dalam hatinya, entah mengapa al suka melihat senyuman itu. Al begitu takjub kala ia melihat gadis itu tertawa bersama seorang wanita hamil dan rasanya senyuman itu menetap dalam ingatan al.

***

Hari hari al tentunya tidaklah sama seperti hari sebelumnya. Entah mengapa al selalu saja terbayang dengan sosok gadis yang ia lihat beberapa hari lalu di restaurant.

Al yang tengah duduk di pekarangan rumahnya seketika mengangkat kuas yang sudah di genggamnya. Tangan al bergerak dengan lihainya di atas kanvas putih yang kini mulai al isi dengan berbagai warna.

Wajah itu, senyuman itu. Semua itu telah menganggu al. Dan entah mengapa al merasa begitu tertarik dengan wanita itu.

"Al."

Dengan cepat al menutup kanvas tersebut dengan kain putih, lalu al membalikan tubuhnya menghadap sang ibunda.

"Mamah sudah pulang?" Tanya al mencium tangan sang ibu.

"Iya, baru aja. Kamu ngapain disini malem malem? Dan itu?" Rosa menunjuk kanvas yang telah tertutup dengan selembar kain putih.

"Hmm iseng aja mah." Jawab al sebari mengelus tengkuknya.

Rosa tersenyum kecil, ia tau al bukan lah roy yang bisa mengungkapkan apapun pada rosa. Ini adalah putra sulungnya, putra nya yang mengambil posisi mendiang sang ayah untuk menjaga keluarga alfahri.

"Ya sudah, kamu jangan kelamaan di luar angin malem ga bagus buat kesehatan." Pesan rosa mengelus lengan kekar sang putra.

"Iya mah."

"Bye sayang, good night." Pamit rosa serta bergegas berlalu dari taman menuju ke dalam istana mereka.

Setelah kepergian rosa al berjalan dengan coolnya ke tempat semulanya. Ia membuka sehelai kain putih yang mentupi lukisan.
Kembali al menatap wajah sosok gadis yang menganggu al sedari tadi.

Lalu al mendongkakkan kepalanya menatap langit gelap yang penuh dengan kerlap kerlip bintang.

"Perasaan apa ini? Kenapa wajah itu seolah terus menggangguku?" Batin al yang masih menatap langit malam dengan tatapan sendunya. 

Sedang dari kamarnya rosa bisa melihat jelas al tengah memperhatikan sebuah kanvas berisi lukisan tangannya sendiri. Rosa ternyemun bahagia karena ia merasa al tengah menyukai seorang wanita. Dan pastilah wajah wanita itu yang tadi sempat di lukis oleh putranya itu.

"Sudah waktunya kamu mencari kebahagiaan kamu nak, sejak papah kamu meninggal kamu mengambil beban kepala keluarga dan menaruhnya di pundak kamu.kamu melupakan hidupmu sendiri dan menjadikan kebahagiaan mamah dan roy di atas segalanya, tak perduli sekalipun kamu terluka oleh itu semua." Ujar rosa dengan lirihnya.

"Mamah ingin kamu bahagia al, dengan siapapun pilihan kamu." Lanjut rosa kemudian. Ia menghela nafasnya, dan rasanya tak sopan jika ia memperhatikan al secara diam diam seperti ini. Ia pun membalikan tubuhnya dan menutup kembali jendela kamarnya tersebut.

You (Complete) Where stories live. Discover now