You - 07

3.4K 293 13
                                    

Oke part ini full flashback ya. Bagi yang bosen boleh skip aja karna no al di part ini. Hahah

Vote dan coment jangan lupa yaa

Andin melangkah pasti, walau ia tidak tau kemana ia harus pergi namun yang pasti andin yakin hidupnya akan lebih tenang jika jauh dari kedua orang tuanya yang bahkan tidak pernah menganggap kehadiran andin sedetikpun.

Hari semakin malam, dan entah sudah berapa kali andin harus beristirahat di tempat dimana ia merasa lelah. Dan kali ini andin duduk tepat di depan sebuah club yang tentunya ramai di datangi oleh orang orang yang mencari hiburan dinuawi.

"Apa gw coba cari kerja disana?" Tanya andin pada dirinya sendiri.

Andin tak berpikir panjang saat itu. Langkah kakinya masuk begitu saja menuju club itu.
Bau alkohol langsung merasuki indera penciuamnnya. Untung lah andin sudah tak terlalu asing masuk ketempat itu sehingga ia pun tidak terlihat seperti orang kebingungan.

Saat masuk andin melihat bagaimana di tempat itu tengah ada keributan. Dan disana andin melihat bagaimana seorang pria yang di hajari tanpa membalas sama sekali.

"Stopp..!" Teriak andin yang langsung berdiri di depan pria yang sudah babak belur itu.

"siapa dia?" Tanya salah seorang pria berjas yang sepertinya adalah bos dari orang orang bertubuh besar di sekeliling andin.

"Kami ga tau bos." Jawab salah seorang anak buahnya.

"Buang anak itu dari hadapan saya." Ujar pria tersebut menunjuk tubuh andin.

"Om ga boleh gitu dong, om liat abang ini cuma sendiri sedang om banyakan. Apa om ga malu?" Tanya andin dengan suara lantangnya.

Pria berjas hitam itu segera menundukkan kepalanya dan menatap andin dengan tajamnya. "Lebih baik kamu pulang dan mengerjakan PR kamu. Tempat kamu itu bukan disini." Ujar pria itu sebari menepuk nepuk pipi andin.

"Gak om, aku ga akan pergi kalau om ga lepasin abang ini." Ujar andin masih dengan nada tegasnya.

"Hahaha. Anak sialan..."

Pria itu mendorong tubuh andin hingga andin terjengkal ke arah sisi kanannya.

"Pak jangan sakiti dia." Pinta pria yang tadi di hajar oleh pria berjas itu.

"Wah wah berani buka suara kamu hah?! Setelah membuat saya rugi besar kamu berani buka suara iya?! Hajar dia..!" Titahnya lagi pada orang orangnya.

Tentu saja pria bertubuh kekar itu sudah bersiap untuk memberikan pukulan pada pria malang itu.

"om jangan om, kasian dia om." Ujar andin masih berusaha memohon.

Tentu saja mereka menjadi tontonan banyak orang. Namun mereka sama sekali tidak perduli, karena menurut mereka tontonan seperti ini sudahlah sangat biasa dan normal terjadi di sebuah club.

Andin berpikir keras untuk menemukan cara agar pria berjas itu tidak memukuli pria yang saat ini memangdangi andin dengan tatapan sendunya.

"om gini aja."

Andin melepaskan sebuah kalung dari lehernya, lalu andin menyerahkan kalu tersebut ke tangan pria berjas. Walau andin tau kalung itu sangat berharga untuknya namun tetap saja nyawa seseorang lebih lah utama dibanding barang apapun di dunia ini.

You (Complete) Where stories live. Discover now