¤▪︎▪︎▪︎¤

"Mamah nyuruh gue bawain ini buat lo." Casa menaruh sebuah kotak makanan yang cukup besar di hadapan Angkasa.

"Lain kali tolak aja gue gak enak sama nyokap lo," meski mengatakan hal itu, Angkasa dengan senang hati membuka kotak makan.

"Mana bisa gue tolak Tuan Muda kesayangan Mamah Hasna." Casa mendelik-kan matanya jenggah.

Angkasa terkekeh kemudian mengambil suapan besar ke mulutnya. "By the way, ada apa dengan Raina sahabat mu itu. Dia sepertinya sedang ada masalah."

Casa menduduk-kan bokong nya di kursi sebelah Angkasa. "Ada problem dikit katanya di tim nya."

"Seriously?"

"Januar temen lo bikin masalah lagi." Casa berdecak kemudian mengambil potongan sushi yang ada di box itu.

"Lo tau anak itu suka main-main kan?"

Casa hanya mengangguk saja, kalau Angkasa tidak memiliki perusahaan seperti sekarang mungkin seorang Januar hanya akan menjadi pengangguran.

Sialnya lagi Angkasa menempatkan anak itu di tim pemasaran yang sudah jelas kalau ketuanya adalah Raina.

"Gabut banget lo sampe simpen Januar di Tim Pemasaran." Casa mendengus kesal.

Setiap hari dirinya mendengar keluh kesah dari sahabatnya Raina tentang anggota Tim-nya yang selalu membuat masalah.

"Gue tempatin disana biar ada yang urus dia. Biar dia lebih berkembang dan disiplin."

"Tapi kasihan Sahabat gue, lo tau gimana hidup dia kan?"

Angkasa mengangguk, latar belakang Raina yang tidak pernah di ketahui orang lain di perusahaan ini hanya Angkasa dan Casa yang mengetahuinya.

"Winwin solution. Gue udah berusaha bungkam soal rahasia dia."

Casa hanya mendelik-kan matanya. Angkasa memang seperti itu, diam-diam dia adalah orang yang cukup perhatian dengan orang yang baik padanya.

Sikap yang sangat berbeda seperti ketika dia menjadi anak Badung dulu di sekolahnya.

¤▪︎▪︎▪︎¤

Akhirnya semuanya selesai sebelum Raina kembali dari Kantin. Tim ini bahkan harus rela tidak makan siang karena hukumannya itu.

Raina berjalan dengan membawa sekantong makanan di tangannya.

"Gak usah bayar makan saja, cuma sepuluh menit." wajahnya masih sama datar nya seperti tadi.

Wanita itu menaruh kantong kresek itu di meja Januar, kemudian pergi tanpa menengok lagi kearah meja nya dan sekarang benar-benar fokus pada pekerjaannya sendiri.

Nataline yang melihat itu sekarang mengerti mengapa Raina di sebut perhatian oleh Januar. Ternyata memang wanita itu baik, hanya saja caranya mungkin sedikit tidak manusiawi.

"Lin ... Lo gak makan?" Januar menyodorkan sebungkus roti tadi kehadapan Nataline.

Gadis itu hanya mengangguk kemudian mengambil roti itu dan membukanya perlahan.

"Waktunya cuma sepuluh menit, Mbak Raina akan menghentikan kita makan kalau udah 10 menit." lanjut Januar.

"Dia sangat disiplin," kata Kris masih menjuliti Raina. Terlihat dari raut wajahnya yang tidak enak sama sekali.

Waktu berjalan cukup cepat dan tidak terasa kini hari sudah sore, kalau tidak ada Meeting atau lembur karena deadline maka biasanya pegawai akan pulang pada sore hari sekitar jam Lima sore.

ME AFTER YOU (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang