1

9.8K 420 5
                                    

🍀 Abe

Aku menyusuri lorong sekolahku yang masih sepi, aku punya alasan kenapa memilih datang sepagi ini, di samping malas melihat tatapan memuja para murid wanita saat aku akan masuk kelas di hari biasa dan yang lain adalah karena aku ingin menghilangkan penat pikiranku dulu sebelum menerima segala pelajaran bull shit yang belum tentu berguna bagi hidupku kelak.

Aku menuju rooftop sekolah, dan disana aku bisa menghirup udara pagi yang segar dengan nyaman, aku merogoh saku celana kemudian mengambil kotak rokok, setelah berhasil mengeluarkan sebatang, aku langsung menyalakannya menggunakan korek api yang sudah bertengger di tanganku yang lain.

Aku mengepulkan asap putih dari rokok yang aku hisap ini kemudian mengamati sekitarku, sepertinya aku mendengar ada kehidupan lain disini selain diriku sendiri.

Aku berjalan mengitari rooftop dan sampai di balik satu ruangan yang memang dipergunakan untuk peralatan semacam genset fasilitas sekolah.

Aku menemukan seorang gadis tengah sibuk mengerjakan tugasnya sambil mendengarkan lagu dari head set miliknya.

Aku iseng berjongkok kemudian melepaskan head set itu karena dia tidak menyadari kehadiranku yang jelas jelas ada di depannya.

Dia nampak terkejut kemudian menatapku "Sedang apa?" Tanyaku.

Dia mengerjapkan matanya sebanyak dua kali sebelum menjawab "Mengerjakan PR"

"Kenapa tidak di rumah?" Tanyaku lagi entah mengapa aku ingin tahu.

"Kemarin pulang terlalu malam"

Aku tersenyum remeh mendengar jawabannya itu "Pulang les? Atau berkencan?" Tanyaku iseng.

"Kerja" balasnya sambil melanjutkan pekerjaannya.

"Melacur Hem?" Sambungku otomatis dan dia tiba-tiba mengentikan aktifitas menulisnya.

Gadis itu menatapku, aku sedikit heran dengan tatapannya tapi tidak memerlukan waktu lama dia segera mengemasi barang-barangnya dan bangkit dari posisi duduknya.

"Hei apa aku salah bicara?" Aku mencoba mencegah tangannya tapi dia menampik ku lebih dulu.

"Hidupmu mungkin lebih enak dari pada aku karena kamu terlahir berkecukupan tapi bukan artinya kamu bisa seenaknya menilai orang lain"

Mataku menyipit dan bibirku otomatis tersenyum mendengar balasannya namun sekarang tanganku berhasil meraihnya dan menghimpitnya ke dinding ruangan genset ini.

"Look!" Bisikku tepat di telinga kanannya.

"Jika aku salah kamu tinggal bilang, aku bisa minta maaf, jangan berlagak sok galak padaku nona" imbuhku lagi.

"Bisa menyingkir? Kau membuatku tidak nyaman" ucapnya.

"Tidak mau" balasku cepat.

Dia mencoba mendorong tubuhku agar tubuhnya bisa segera terbebas dari kungkunganku dan pergi dari sini, tapi sepertinya bermain-main dengannya dulu seru juga.

Aku menangkap tangannya dan segera menguncinya di atas kepalanya sendiri "Suka melawan hem?"

Dia menatapku sinis dan seakan hendak bicara lagi tapi aku lebih dulu berbisik padanya "Percuma melawanku, aku selalu berhasil menundukkan siapa pun, soal kamu bukan masalah besar"

"Manusia sombong!" Balasnya tapi aku hanya tersenyum miring.

"Sepertinya bibirmu perlu diberi pelajaran agar bisa lebih sopan" ucapku.

"Kau yang seharusnya lebih sopan, seenaknya mengira aku pelacur padahal kau......." Cerewet sekali dia dan aku sampai jengah mendengar kelanjutan semua ini.

Tanganku yang bebas langsung mencengkram kedua pipinya kemudian aku langsung membungkam bibirnya dengan bibirku, kami berciuman, tidak, tidak, aku yang menciumnya sedikit dengan paksaan.

Entah berapa lama kami terkunci dalam kecupan ini, tapi sepertinya lumayan panjang, sampai kepalan tangannya terasa menyentuh dadaku namun dia hanya mampu memberikan pukulan yang lemah.

Manis, dia manis!

Abe  [END]Место, где живут истории. Откройте их для себя