38

2K 214 12
                                    

✨ Abe

Aku segera membawa Ara menuju rumah sakit setelah dia mendadak pingsan, saat ini aku sedang menunggu penjelasan dokter yang sedang memeriksanya.

Seorang dokter menghampiri ku kemudian menjelaskan bahwa Ara harus melakukan tes darah agar benar benar tahu penyebab pingsannya karena sampai saat ini dia belum juga siuman.

Aku akhirnya menunggu petugas lab datang untuk mengambil sampel darahnya dan menunggu mungkin 1 jam untuk mendapatkan hasilnya.

Saat menunggu itu entah di menit ke berapa aku merasakan pergerakan dari tubuh Ada yang sedang berbaring di atas ranjang UGD.

Aku otomatis berdiri dan mendekatkan tubuhnya pada Ara "Ra, kamu udah sadar?" Tanyaku.

"Aku kenapa Be?"

"Tadi kamu mendadak pingsan makanya aku bawa ke UGD"

"Kamu pusing atau ada keluhan lain?" Dia menggeleng.

"Badan ku cuma gak enak aja rasanya, pegalnya mungkin karna kebanyakan nugas" jelasnya.

"Tadi kamu sudah diambil darah untuk di tes lab, kita tunggu hasilnya sebentar lagi" dia menganggukkan kepala paham.

_________________

Setelah beberapa saat menunggu, akhirnya dokter menghampiri kami lagi sambil membawa hasil tes lab milik Ara.

Dari hasil lab yang di dapat dokter menjelaskan bahwa saat ini Ara tengah mengandung dan usia kandungannya menginjak Minggu ke 12.

Aku melirik Ara sesaat setelah dokter menyampaikan hal itu, aku ingin melihat reaksinya dan seperti dugaan ku, dia mematung, terdiam, mungkin sedang mencerna kabar ini atau bahkan mencerna status barunya sebagai ibu hamil.

"Tidak perlu rawat inap, hanya perlu menghabiskan 1 cairan infus ini saja lalu anda boleh pulang" ucap sang dokter.

"Sudah saya resepkan obat penguat dan vitamin, nanti bisa ditebus di farmasi, saran saya segera cek lebih jauh ke dokter kandungan pilihan anda ya Bu" imbuh sang dokter.

Ara hanya mampu mengangguk sedikit kaku sedangkan aku mencoba tersenyum santai pada sang dokter dan perawat yang menjadi asistennya.

Setelah kepergian mereka, aku langsung merangkul Ara sambil mengelus lengan kanannya, aku mencium kepalanya sedikit lama kemudian berkata "Ada aku, semua akan baik baik saja"

Dan akhirnya air mata Ara pun jatuh dan aku mendengar ada isakan disana, aku tahu hal ini adalah hal yang benar benar batu untuknya, terkejut sudah pasti tapi aku tahu kalau dia dan aku bisa mengatasi hal ini.

"Aku harus apa Be?" Tanyanya lirih.

"Harus sehat Ra, biar anak kita kuat" balasku.

"Kamu gak marah?" Aku mengerutkan kening ku, bingung dengan pertanyaannya.

"Kenapa harus marah?"

"Aku hamil Be, hamil"

"Iya, terus?"

Dia menatap ku dengan tatapan sendu khas miliknya "Apa kamu gak merasa terbebani?"

"Ra, kamu hamil anak aku, kenapa aku harus terbebani?"

"Aku ga akan ninggalin kamu, kita lewati bareng bareng ya, oke?" Dia menatapku masih dengan tatapan mengganjalnya.

"Ada aku, all is well Ra" aku meraihnya dalam dekapanku, tangisnya pecah disana, dia terisak, terisak sejadi jadinya.

Mungkin kecewa pada diri sendiri adalah hal yang sedang dia rasakan, untuk remaja beranjak dewasa seusia kami mungkin kehamilan adalah hal yang benar benar baru dan sesuatu yang sangat besar.

Aku tahu cara ku salah namun bukan artinya anak kami andil dalam kesalahan itu kan?

Lagi pula sejak awal bersama Ara aku memang berniat menjadikannya yang terakhir dalam hidup ku walau aku tidak bisa mengontrol diri untuk urusan nafsu jasmani ku.

 

Abe  [END]Where stories live. Discover now