51

1K 106 3
                                    

✨ Abe

Seakan tidak menyangka dengan apa yang Ara bicarakan saat ini, bagiku semuanya seperti kejutan, kenapa tiba tiba Della dengan Naga?

Kenapa Luna harus jadi anak Naga? Oh Tuhan, kejutan apalagi yang Engkau siapkan untuk hambaMu ini?

Rasanya kepalaku pusing mencerna semua informasi yang baru aku dapatkan, aku sempat mengira Luna anak Nia saat Ara bilang anak kami hanya Rakai.

Tapi nyatanya bahkan Nia belum menikah atau memiliki kekasih yang minimal bisa menghamilinya.

Kembali ke topik utama, aku masih merasa sesak saat tahu Ara memilih menyembunyikan kehamilannya dariku.

"Aku masih gak terima ya Ra soal Rakai" ucapku dalam.

"Iya Be, aku tahu, aku paham"

"Apa yang bisa kamu lakuin ke aku buat nebus semua itu Ra?"

Ara nampak memejamkan mata sambil memegangi dahinya seakan berpikir keras.

"Aku sudah lama memikirkan skenario ini" dia menghirup napas panjang sebelum akhirnya bicara.

"Aku akan kasih tahu anak anak kalau kamu papa mereka, tapi pelan pelan Be"

"Mereka?" Koreksi ku.

"Aku cuma papa Rakai Ra" tegas ku.

Ara menatapku sesaat dan benar benar tanpa kata saat dia melakukannya.

"Aku tahu kamu pasti benci Naga, tapi di titik ini Luna gak punya siapa siapa selain aku dan orang orang di rumah ini Be"

"Oke fine, misal Naga gak bisa diandalkan untuk jadi ayah setidaknya ada Della yang memang ibu kandungnya kan?"

"Della boleh jadi perempuan yang melahirkan Luna, tapi aku juga ibunya Be" suaranya bergetar dan tatapannya dalam.

"Gak cukup sehari untuk kamu paham kehidupan yang kami jalani, apa lagi kehidupan Della"

"Aku gak minta juga kamu mau peduli ke Della tapi setidaknya kalau kamu peduli ke Rakai, ke aku, kamu juga harus mau peduli ke Luna"

Kepalaku semakin pusing, egoku semakin tersentil, jujur saja aku sudah benar benar tidak mau berhubungan dengan apa pun atau siapa pun yang menyangkut tentang Naga.

"Kamu peduli ke Luna kan sejak tadi kamu ketemu dia?" Aku terdiam, aku masih menata kalimat yang akan aku balaskan untuk Ara.

"Gak perlu bingung memungkiri perasaanmu Be!"

Aku muak dengan posisi ini, aku merasa Ara sedang menggiring ku dan mengatur apa yang aku rasakan.

"Dari pada memintaku untuk menerima Luna sebagai penebusan ku, lebih baik kamu melakukan lebih dulu penebusan atas kebohongan mu selama ini padaku sayang" aku sudah meraih salah satu tangannya dan menempelkan dahiku pada dahinya.

"Kamu sangat teledor dalam mengambil keputusan, jadi kamu harus membayarnya dengan effort yang lebih" imbuhku.

Aku merasa detik ini Ara masih seperti Ara yang dalu, ada rasa takut saat aku memperlakukannya seintim ini.

Aku tahu disana dia sedang berusaha menelan ludahnya sendiri dengan susah payah, dan aku suka akan hal itu.

"Masih ingat kan aturanku? Turuti perintahku dan kamu akan aman" bisikku.

"Jangan kamu pikir kamu bisa seenaknya seperti dulu Be" dia mengingatkan.

"Sssuuuutttss, dari pada mengambil Luna menjadi adek Rakai, bagaimana jika memberinya adek yang sebenarnya?" Tawarku.

Tangan Ara hendak menamparku tapi aku langsung dengan sigap menangkapnya, dan kali ini aku langsung menyingkirkan cangkir yang ada di meja ruangan ini dan menidurkan tubuh Ara di atas sana.

Tidak menunggu waktu lama untuk aku menindihnya disana dia masih berusaha sekuat tenaga menolak ku, bahkan setelah dia melahirkan darah dagingku dua kali.

"Lepasin Be, aku gak mau!" Dia masih berusaha di bawah sana sedangkan aku sudah sibuk menghujaninya dengan ciuman kerinduan yang dalam.

Abe  [END]Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ