31

2.1K 206 12
                                    

☘️ Ara

Keesokan paginya aku kembali dipanggil ke ruangan kepala sekolah dan kali ini sendirian mungkin masih tentang masalah Naga kemarin.

Aku melangkah masuk ketika lebih dulu mengetuk pintunya dan mendapat sahutan dari dalam yang memintaku untuk masuk.

Disana sudah ada pak kepala sekolah bersama dengan salah satu guru BK yang nampak sudah menunggu ku.

"Silahkan duduk Ara" pinta pak kepala sekolah dan aku pun duduk sesuai permintaannya.

"Saya harus memberikan ini kepada kamu" beliau menyodorkan sebuah amplop berwarna putih, lumayan panjang.

"Apa ini pak?" Tanyaku.

"Kamu boleh membacanya terlebih dahulu" balasnya dan dengan segara aku membuka amplop itu dan membaca tulisan yang ada pada lembarnya.

Aku membelalakkan mataku tidak percaya dengan apa yang baru saja aku baca "Saya dikeluarkan?" Tanyaku dingin.

"Iya" jawab pak kepala sekolah diikuti anggukkan kepala oleh si guru BK.

"Kenapa?" Tanyaku bergetar.

"Kamu sudah memfitnah Naga dengan skandal kemarin dan itu tindakan yang sudah fatal Ara"

"Memfitnah?" Tanyaku tidak percaya.

"Sudah jelas jelas kalau......."

"Nia bilang kalau dia tidak dipaksa, dia yang memaksa Naga" jelas si guru BK.

"Apa?" Aku benar benar tidak percaya.

"Kalau saya gak segera menolong Nia mungkin saya bisa punya rekaman video sebagai bukti yang saya sodorkan ke bapak detik ini, tapi bodohnya saya lebih dulu menolong orang yang nampak butuh pertolongan"

"Bukan kamu saja yang di D.O Ara, Nia juga karena dia sudah mengakui semuanya"

"Tapi kalau dari hasil forensik pasti bapak paham kan pasti ada bekas sisa  DNA Naga disana" aku masih berusaha membela diri.

"Iya tapi bukan Naga yang memaksa semua itu"

"Bahkan Naga tidak di D.O? Dia melakukannya di area sekolah terlepas siapa yang menyerang atau memintanya terlebih dahulu" ucapku dan kedua orang di hadapan ku ini hanya terdiam dan saling melempar pandangan.

"Oh saya tahu" aku menggantung kalimat ku.

"Naga mengatur semuanya, oh maaf membeli kalian semuanya?"

"Ara! Jaga perkataan kamu!" Bentak pak Sapto si kepala sekolah.

"Saya lupa saya hanya seorang beswan disini, pantas tidak memiliki power apa apa, baik kalau begitu saya paham pak kepala sekolah yang terhormat"

Aku keluar sambil membawa surat putih sialan di tangan ku, menuju kelasku untuk mengambil tas yang masih ada disana ketika di tengah pelajaran tadi aku diminta menuju ruang kepala sekolah.

Aku langsung saja masuk kelas tanpa mengetuk, permisi atau pun salam "Ara apa kamu kehilangan sopan santun?" Tanya Bu Berta guru Fisika ku yang sedang mengajar.

"Untuk apa saya sopan pada sekolah yang tidak bisa membedakan mana siswa sopan dan yang tidak?" Balasku lelah.

"Kamu ini bicara apa?"

"Saya di D.O karena menolong seorang yang ditindas dan pagi ini orang itu berkata bahwa dia yang salah dan kepala sekolah sudah mengeluarkan saya"

Setelah itu kelas ku menjadi riuh dan menjadi kacau "What? Dikeluarin?"

Sedetik kemudian aku melihat Abe sudah keluar kelas nampak biasa namun langkahnya lebar seakan tergesa.

"Abe keluar guys!" Ucap yang lain dan beberapa anak mengikutinya mau tidak mau aku pun berjalan bersama mereka.

Benar dugaan ku, dia sedang menuju ruang kepala sekolah dan disana tanpa basa basi dia langsung meraih kerah kemeja pak Sapto yang nampak sedang bercakap dengan Naga yang ekspresi terakhirnya adalah tertawa riang.

"Anda disogok berapa oleh anak karyawan ini?" Tanya Abe datar dan wajah pak Sapto sudah menampakan ekspresi terkejut.

Abe  [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang