59

845 88 0
                                    

✨ Abe

Aku seperti bocah nakal yang terpergok orang dewasa sedang melakukan hal yang tidak baik saat mendengar Kai membalas spontan pernyataan ku.

"Kai tahu?" Aku memastikan dan dia mengangguk.

"Sejak kapan?"

"Sejak Kai masih TK" ucapnya polos.

"Mama yang kasih tahu Kai?" Dia menggeleng.

"Kai tahu sendiri, dari foto ini" dia mengeluarkan dompet dari dalam tasnya, dan aku baru tahu kalau putra ku ini menyelipkan selembar fotoku dengan Ara di balik lipatan dompetnya.

"Kai gak sengaja dapat di selipan buku favorit mama"

"Kai juga beberapa kali dengar mama ngelindur dan nyebut nama Om, eh Papa" aku seakan tidak percaya reaksi putraku akan sesantai ini.

"Kai gak marah?"

"Buat apa?"

"Buat ketidak hadiran papa selama ini"

"Gak, papa kan selama ini sekolah dan kerja buat kami"

Aku benar benar tidak habis pikir dibuatnya, parenting macam apa yang sudah Ara ajarkan pada putra kami, sampai sampai dia tidak menjadi pria yang baperan.

"Kai gak bahagia Papa disini?"

"Bahagia kok, tapi memang Kai gak se ekspresif anak anak lainya Pa, maaf ya kalau misal papa lihat Kai biasa aja sama pernyataan papa ini"

Aku menganggukkan kepala paham "Yang penting Kai senang kan papa disini?" Dia mengangguk, dan tidak lama kemudian dia berdiri dari kursinya dan berjalan mendekatiku.

Tanpa aba aba dia langsung memeluk tubuhku dari samping "Makasih ya pa sudah balik dan berusaha banyak untuk kami" ucapnya terdengar sangat polos dan tulus.

Aku tidak bisa membendung air mataku, benar benar aku baru merasakan sengatan hangat dalam hidupku saat putraku memeluk tubuh ringkih ku.

Aku membalas pelukannya kemudian menghujani kepalanya dengan banyak ciuman.

"Makasih sudah bertahan selama ini, makasih sudah menjaga mama dan Luna ya nak" dia mengangguk singkat.

"Papa gak akan pergi lagi kan? Selamanya sama kami kan?" Aku mengangguk pasti, benar benar hatiku terenyuh dibuatnya.

Dulu, sewaktu aku memandikan tubuh putri mungilku yang tidak sempat melihat dunia aku benar benar tidak berdaya, sekarang aku seperti diingatkan dengan masa itu, aku lemah, hatiku lemah tapi yang berbeda saat ini aku benar benar bahagia.

"Papa beneran sayang Luna kan?" Ditengah-tengah isakan kecilku aku kembali dibuatnya berpikir.

"Maksud Kai?"

"Kai juga tahu Luna bukan aduk kandung Kai, tapi Luna gak tahu, Papa bakal baik dan sayang Luna kan?" Dia benar benar dewasa sebelum waktunya, aku merasa banyak berhutang dengan pria kecil ini, bisa bisanya dia berpikiran dan mengetahui banyak hal di usia yang seharusnya yang dia lakukan hanyalah bahagia.

"Papa sayang Luna, tidak peduli Luna anak kandung siapa, dia tetap adik Kai dan anak papa mama" ucapku sambil menepuk pundaknya.

Kai nampak tersenyun kemudian kembali memelukku erat "Tetap seperti ini ya pa, sampai kapan pun, mama pasti lelah selama ini mengurus kami"

"Untung ada Tante Nia, cuma Tante Nia yang gak bisa menyusahkan mama"

Oh ya Tuhan, lagi lagi aku dibuat harus sadar akan peran penting Nia dalam perkembangan anak ku selama ini.

Aku paham gadis itu baik, hanya saja aku masih sedikit jengkel saat tahu dia tidak berusaha lebih untuk membujuk Ara saat dia hamil anakku.

"Iya, Tante Nia memang teman mama yang baik" akhirnya aku hanya bisa menanggapi seperti itu, mengingat dulu Ara berteman dengan Della yang sekarang malah banyak mengusahakannya.

Abe  [END]Where stories live. Discover now