14

3.1K 247 7
                                    

☘️ Ara

Akhirnya aku terbangun setelah entah berapa lama terlelap akibat dari obat yang tadi dicarikan Abe.

Aku haus, aku langsung beranjak dari ranjang kamar ku untuk menuju ke pantry, berharap iblis itu sudah pergi walau nyatanya saat ini tubuh ku lebih baik berkat obat yang dia beri.

Aku terkejut saat membuka pintu karena mataku disuguhi adegan seorang Abe sedang memakai celemek masak ditubuhnya dan tangannya sibuk memegang semangkok besar makanan yang sepertinya baru saja matang, karena ada kepulan asap putih diatasnya.

"Kamu ngapain?" Tanyaku heran dan dia menjawab bahwa dia baru saja membuatkan aku makanan agar aku bisa meminum obat lagi.

"Duduk" pintanya dan dengan bodoh aku langsung mengiyakan perintah itu, sampai sampai lupa tujuan utama ku keluar kamar adalah untuk minum.

Saat tubuhku akan bangkit dari kursi di meja makan, tangan Abe menahan bahu kanan ku kemudian tangannya yang lain sudah meletakan segelas air mineral di hadapanku.

"Minum dulu" dia kembali lagi ke pantry dan kali ini sibuk mengambil beberapa piring dari rak atas.

Aku memilih meraih gelas itu dan meneguk isinya, langsung tandas karena aku benar benar merasa haus.

Aku berpikir sejenak, tingkah kami ini seperti terbalik, ini tempat ku tapi kenapa seolah dia yang menjadi tuan rumah dan aku tamunya?

Dia sudah kembali ke meja makan, kali ini dia melepas celemek masaknya, menyampirkan di kursi lalu sibuk mengambil nasi dan sayur serta lauk di dalam piring.

Tapa bicara dia menyodorkannya padaku dan melipat tangannya di depan dada, dahi ku melipat kemudian bertanya "Kamu gak makan?"

"Nanti"

Aku perlahan mengambil sendok menyendok sedikit makanan yang tersaji disana, sayur sop dengan beberapa potong sosis, ayam dan lauk berkedel.

Aku sedikit ragu untuk memakannya tapi aroma ini sungguh menggoda, aku masih belum percaya kalau ini Abe yang buat.

"Berdoa baru makan" ucap Abe saat mulut ku sudah siap menyantapnya.

Aku sedikit dongkol namun setelah itu aku meletakan sendok dan berdoa sesuai instruksi, barulah memakan masakannya.

Sial, ini enak, aku sampai beberapa kali meliriknya yang seakan sedang menunggu penilaian dariku.

"Lumayan" aku mengangguk pelan.

"Enak bukan lumayan gak usah gengsi" ledeknya.

"Iya, iya lebih enak dari buatan ku" ucap ku kesal.

"Tapi masih gak yakin kalau kamu yang buat!" Imbuh ku masih kesal.

"Kenapa gak yakin? Nih badan ku bau bawang" ujarnya.

Aku melirik Abe "Ya gak nyangka aja orang kaya macem kamu apa lagi cowok bisa masak"

Abe tertawa, tapi tawanya itu tawa meledek "Orang kaya juga banyak yang bisa dan mau masak, termasuk aku"

"Iya sekarang percaya!"

"Tapi siapa yang susah susah ngajarin kamu?"

"Ibunya Wisnu" balasnya.

"Siapa Wisnu?"

"Bodyguard aku"

"Kenapa gak ibu kamu sendiri?" Tanyaku enteng tapi aku merasakan perubahan drastis pada dirinya.

Aku yang merasa hawa menjadi kurang enak langsung menghentikan aktifitas makan ku dan memilih menatap Abe.

"Be?" Panggil ku pelan, saat ini ekspresinya nampak kaku dan rahang wajahnya nampak semakin tegas.

"Aku salah ngomong ya?"

"Aku gak punya ibu" balasnya datar.

Aku yang terkejut akan jawabannya itu mendadak ikut terdiam dan merasa bersalah.

Keheningan terjadi beberapa saat tanpa ada satu kata pun yang terucap dari bibir kami berdua.

Sampai tanganku dengan pelan berani mengelus tangannya "Maaf ya aku gak tahu"

Dia memandang ku, bukan tatapan mengerikan seperti yang lalu lalu tapi aku menangkap ada kesedihan di dalam sana.

"Gak apa apa, kamu cepat habiskan" dia kemudian berdiri dari duduknya dan mengambil sekotak rokok di meja depan tv dan berjalan menuju balkon apartemen ku.

Dia memang jahat padaku tapi sepertinya aku benar benar sudah menjadi orang yang lebih jahat darinya.

Abe  [END]Where stories live. Discover now