3

4.6K 358 5
                                    

🍀 Ara

Akhirnya kelas akan dimulai dan aku baru saja melihat Della masuk dengan tergesa dan duduk di sampingku.

"Kebiasaan" tegurku tapi dia hanya tersenyum ringan.

"Abang aku kesiangan jadi ya udah, nasib kaum Nebengers Ra"

"Eh, dapet titipan bekal dari bunda" imbuhnya dan mataku langsung berbinar bahagia, rasanya aku sudah hampir lupa rasanya membawa bekal dari mama.

"Yeay asik, makasih bunda!" Seruku senang, tapi saat kesenangan itu belum berakhir sosok brengsek itu memasuki kelas sambil menyunggingkan senyumnya padaku.

Aku langsung berhenti bahagia dan memilih untuk diam sedangkan dia sepertinya masih memperhatikan ku sambil berjalan ke bangkunya yang ada di belakang dan untung saja tidak sederet denganku.

"Ra, kenapa sih?" Ternyata dari tadi Della sudah menyenggol nyenggol tanganku tapi aku hanya bisa menggelengkan kepalaku.

Dan setelah itu Bu Ranti, guru bahasa Inggris ku sudah masuk ke kelas untuk memulai pelajaran pertama kami hari ini.

________________________

Saat jam istirahat aku dan Della memilih untuk ke kantin sebentar untuk membeli beberapa camilan karena kami tidak mau kehabisan saat nanti istirahat kedua.

Aku titip pada Della karena tadi aku dimintai bantuan oleh salah seorang anak kelas sebelah untuk merevisi jawaban kuis fisika Minggu lalu dan itu bisa jadi bahan ujian kami besok.

Setelah selesai dengan soal itu aku berjalan menyusul Della di kantin tapi sayang memang keberuntungan mungkin enggan berpihak padaku hari ini.

Sebuah tubuh menghadang ku, tubuh tegap itu mengikuti arah gerakan ku dan dengan cepat tangannya menarik salah satu lengan ku dan membawa ku ke lorong kecil yang mengarah ke halaman kecil di belakang sekolah.

Itu tangan milik Abe, sialan lagi lagi manusia ini, aku berusaha melepaskan diri tapi cengkeramannya semakin kuat "Akan sakit kalau kamu terus melawan" ucapnya dingin seakan tanpa perasaan.

"Jangan macam macam lagi dengan ku!" Aku memukul tubuhnya yang bisa aku raih dengan tanganku yang bebas.

Dia kemudian menghimpit ku lagi di tembok ujung lorong, jauh dari pandangan orang orang yang melewatinya.

"Apa lagi?" Tanyaku malas.

"Kamu marah?" Dia balik bertanya.

"Menurut kamu?"

"Hanya karena ciuman?" Tanyanya enteng seakan itu bukan hal yang besar.

"Apa kamu pikir hal tadi pagi itu remeh?" Tanyaku tidak habis pikir.

"Aku bisa melaporkan mu atas tindakan pelecehan"

"Kalau gitu jadi pacarku, itu hal yang lumrah dilakukan pasangan kan?" Dia benar benar orang gila.

"Gila!" Ujar ku cepat.

"Gak lah, kamu yang gila kalau nolak aku" satu tangan Abe kini sudah memegang tembok tepat di samping tubuhku.

"Kamu kira aku mau? Belum pacaran aja kamu sudah memaksa ku berciuman apa jadinya kita pacaran?"

"Minggir, aku gak mau buang waktu!"

Aku akan pergi tapi tangannya langsung meraih ku dan kini dengan lancangnya dia merangkul pinggang ku sambil berbisik "Kita bisa lebih dari berciuman, mau coba?" Tawarnya.

Aku langsung menamparnya keras dan dengan sekuat tenaga mendorongnya agar aku bisa lekas melarikan diri dari lorong sempit ini.

Dia hanya tertawa saat melihat aku berlari kemudian berteriak "Tunggu aja, kamu bakal jadi punya aku selama lama lama lamanya Ra!"

Aku bergedik ngeri mendengarnya dan rasanya ingin cepat keluar dari lorong gelap dan mencekam ini, Abe benar benar tidak baik untuk kehidupanku.

Abe  [END]Where stories live. Discover now