55

887 92 0
                                    

🌿 Ara

Kedatangan Abe kembali ke hidupku rasanya memberikan warna berbeda, seperti saat ini, saat aku mendengarkan cerita Rakai sekembalinya dia pergi bersama dengan Abe tadi.

Luna juga nampak senang mendengarkan abangnya itu bercerita, dan ada hal yang membuatku sempat tidak percaya, Abe membelikan Luna sebuah mainan, berupa rumah Barbie yang memang sudah dia incar beberapa saat lalu tapi aku batal membelikannya karena dia aku hukum.

"Abang kasih tahu ke om cakep ya?" Tanya Luna antusias dan Rakai mengangguk sambil tersenyum.

"Makasih bang" Luna langsung memeluk Rakai bahagia.

"Iya, tapi kamu juga harus bilang makasih ke om Abe besok kalau ketemu ya" pinta Rakai.

"Oke deh bos!" Tandas Luna semangat.

Sepertinya baru semalam dia tidak bisa menerima kehadiran Luna setelah tahu Luna ini anak Della dan Naga.

Oh ya, bicara tentang Della saat tadi kami bertemu aku kembali menemukan kejanggalan pada dirinya.

Semakin kesini dia semakin sering menggunakan pakaian yang tertutup, bulan lalu aku menganggap dia memang kurang enak badan tapi dia tidak mau membatalkan pertemuan kami karena sudah sangat merindukan Luna, tapi tadi aku secara tidak sengaja melihat ada lebam pada beberapa bagian tubuhnya.

Sepertinya sudut bibirnya pun terluka walau dia susah payah menutupinya menggunakan fondation dan bedak yang lebih tebal.

Apa itu ulah Raskal?
Aku sedikit jengah dengan pria itu tapi sebenarnya lebih jengah dengan Della, karena lebih memilih tetap bersamanya walau sudah tahu dia sangat tidak baik, apa lagi sampai tega memilih Raskal dibanding Luna.

"Ma, ayo main sama aku" suara Luna sudah membuyarkan pikiranku dan ternyata saat ini dia sudah menggoyang goyangkan tanganku.

"Eh, iya tapi nanti ya, mama kan belom masak"

"Hai hai guys, Tante pulang!" Suara Nia sudah terdengar dan sepertinya dia baru saja sampai.

"Restoran ramai kayaknya?" Tanyaku.

"Lumayan lah" dia menciumi pipi Luna kemudian beralih pada Rakai.

"Yang masak Tante aja, mama main aja sama Luna" ujar Rakai.

"Kamu ya bang!"

"Habis masakan mama gak enak, masa te lebih enak masakan om Abe daripada mama" Rakai memberikan informasi yang sangat penting pada Nia yang terlihat meletakkan tas selempangnya di meja pantry.

"Gak kaget sih bang" balas Nia singkat.

"Tuh kan!"

"Ya udah ma, ayo main sama aku kalah gitu!" Lagi lagi Luna merengek dan akhirnya aku memilih pergi bersama Luna menuju kamarnya untuk membuka dan bermain mainan barunya yang tadi Abe belikan.

_______________________

🌿 Nia

Akhirnya aku sampai di rumah, aku berusaha menata mood ku kembali sebelum masuk ke dalam.

Bertemu Abe di apartemen Wisnu tidak kuduga sebelumnya dan tentu saja perkataannya tadi membuat hati dan pikiranku sedikit kacau.

Aku sudah menemani Ara selama 6 tahun belakangan ini, mungkin memang sudah saatnya kalau aku hidup sendiri tanpa Ara dan anak anak.

Melihat rumah yang sudah kamu huni selama ini rasanya hatiku menjadi campur aduk lagi, tidak bisa membayangkan tidak melihat Rakai dan Luna, tapi di satu sisi aku sadar Abe lebih berhak atas mereka.

Akhirnya aku mengambil napas dalam dan menghembuskan nya sedikit kasar sebelum akhirnya keluar dari mobil dan bersikap santai seolah tidak terjadi apa apa sebelumnya, setidaknya aku melakukan ini demi anak anak.

Tentang aku yang akan memilih pindah rumah biar nanti aku bicarakan pelan pelan dengan Ara yang sepertinya juga masih beradaptasi kembali dengan kehadiran Abe.

Abe  [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang