tiga puluh enam!

47 3 0
                                    



maaf jika aku mencintaimu, maaf aku terlalu naif untuk mengungkapkannya padamu.
aku tidak akan berharap banyak padamu, aku takut jika aku tahu kebenarannya aku akan kecewa, lagi.
seperti waktu itu.

Jari jari lentiknya menulis huruf demi huruf di bukunya itu, perasaan yang tidak bisa ia ungkapkan langsung pada akhirnya ia hanya bisa mengungkapkannya lewat buku. buku yang selalu ia sebut kebahagiaannya, buku yang selalu menemaninya ketika ia sedang kecewa, ataupun berharap kepada seseorang.

Baginya buku adalah separuh dunianya.

Yang menurut orang lain membosankan, malah terlihat seperti emas dimatanya.

"Ra, ga tidur?"

"Engga may, aku ga ngantuk."

"Aku temenin ya."

Ia hanya memberi senyuman untuk jawaban.

"Ga nyangka aku bisa ketemu kamu disini ra."

"Aku juga, aku ga nyangka bisa ketemu orang sebaik kamu may."

"Eh btw kak nadia masih suka gangguin kamu?"

"Yaa kaya biasanya aja."

"Berarti masih."

"Kenapa dia bisa tau ya kalo aku suka sama kak habibi may."

"Aku juga bingung, lagian dia maruk banget bilang suka sama mas alif, terus bilang lagi suka sama si habibi aneh deh."

"Husss udah udah, kita ke bi aen aja yu." Ajaknya

"Boleh, yuu."

Mereka beranjak dari tempatnya, untuk pergi menemui teman temannya yang lain di bi aen, 

Sesampainya di rumah bi aen, ia dikejutkan dengan sosok mas alif yang sibuk menyusun dus berisi air mineral, maira hanya menunduk ketika sesekali mas alif meliriknya sekilas.

Rasa gelisah maira mulai muncul ketika melihat laki laki itu, entah kenapa ia selalu saja takut jika mas alif meliriknya seperti itu.

"Kalian ko kesini?" Celetuk aprila

"Mau nyusul kalian heheh." Ucap maya

"Bi jadi berapa semuanya?" Ucapan mas alif yang membuyarkan lamunan maira

"Ohh semuanya dua puluh lima ribu gus." Jawab bi aen

"Mas aja bi."

"Ga enakeun atuh gus."

"Haha si bibi, makasih ya bi."

"Sama sama."

"Semuanya, saya duluan ya." Pamitnya kepada mereka

"Butuh bantuan mas?" Tawar maya

"Ohh tidak usah, saya bisa sendiri terimakasih." Ucapnya lembut sembari tersenyum manis

Maira hanya berdiam sambil menundukkan wajahnya, ia benar benar tidak berani menatap wajah mas alif.

"Ra, udah gaada jangan nunduk mulu." Ucap maya

"Takut may."

"Dia ga gigit ko raaa." Sambung nadila yang mengundang tawa maira

"Setakut itu?" Tanya aprila kepada maira

"That's it." Jawabnya

"Waw impresif."

"Omg."

"Membuat maira menjadi taruma."

Yaa seperti itulah celetukan celetukan teman temannya.


cinta untuk habibiOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz