tiga puluh dua!

42 2 0
                                    



Ia memejamkan matanya.

Berdoa dan berharap pada rabb-nya, meyakinkan dirinya bahwa bisa melewati semua ini.

Dia melirik ke arah sajadah yang sedang dipakainya itu, mengelusnya dengan lembut sambil mengusap air mata yang berkilauan dimatanya itu.

"Ra?" Panggil seseorang sambil menepuk bahu maira.

Ia menoleh, "Pril.." Lirihku

"Ada apa? nangis lagi? coba cerita."

"Gapapa pril, don't i look fine."

"No, kamu nangis."

Maira menunduk, melihat kearah sajadah yang dipakainya itu.

Matanya yang sayu kembali meneteskan sebutir air mata yang sudah tidak bisa ditampungnya itu.

"Aku selalu berdoa supaya aku bisa betah disini, supaya aku jadi anak yang baik buat bunda sama papa."

"Kamu dijahatin lagi sama nenek lampir?"

"Kak nadia tau pril, kalo aku kagum sama kak habibi."

"Terus dia kagum juga gitu sama si habibi ha? gila semuanya aja embat."

"Mas alif...mau bilang sama abinya kalo dia kagum sama aku pril."

"HAH?!" Sentaknya

Ia menggenggam tangan maira erat, seakan meyakinkan bahwa semuanya akan baik baik saja.

"Kenapa baru bilang ra?"

"Aku gamau kalian kebawa bawa masalah aku."

"Ra...kita ini saudara, jadi kalo ada salah satu dari kita punya masalah. semuanya harus kena, ngerti?"

"Tapi itu engga buat aku pril..."

"Kenapa engga ra? oke gini, kamu kasih kabar gembira, cerita yang ceria, but you don't tell me your problem, why?"

"Maafin aku april..."

"It's okey maira, aku bantuin kamu buat ceritain semuanya ke maya sama dila ya."

Maira mengangguk lalu tersenyum simpul, "Makasih ya pril."

Kalau aku bisa, aku sudah menceritakan masalahku kepada mereka sedari siang, tapi aku tidak bisa melakukannya.

Aku tidak mau mereka terbebani dengan masalah masalah yang datang kepadaku, dan mereka yang menjadi penyangkalnya.

Beruntung sekali aku bertemu orang orang baik seperti mereka yang selalu mendengarkan ceritaku, yang baik maupun yang buruk.

•••

"Asalamualaikum mas alif."

"Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh, ada apa habibi?"

"Ini mas, mau nanya soal lomba cerdas cermat."

"Astaghfirullahh saya hampir lupa, begini habibi berhubung abi saya sedang sakit, jadi lomba ini akan di undur tidak minggu minggu ini, tolong beri tahu yang lainnya juga ya."

"Ohh, iya mas makasih kalo gitu habibi ke atas dulu ngasih tau yang lain."

"Sekalian santri putri ya bi."

"Iya mas, asalamualaikum."

"Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh."

Bagaimana caranya aku memberi tahu santri putri, jika lomba kedua cerdas cermat akan di undur.

"Oyy biii." Teriak seseorang

Pasti neo.

"Ngapain disini sendirian bae." Ucap neo

Benar kan.

"Eh ne, bantuin ane dong bilangin ke santri putri kalo lomba cerdas cermat yang kedua diundur."

"Ogah ah."

"Buru ne."

"Yang disuruh siapa, pamali nyaho teu. udah disuruh nyuruh lagi."

Aku mengendus kesal, "Bantuin ne, ke latifah wae."

"Ngeunah ngomong."

"Hayu ne."

"Iya iya ayo ah." Kesalnya

"Makasih neo sayang."

"Ihh geuleuh."

Bukan habibi namanya kalo tidak menggoda neo sampai kegelian.

"Eh bi latifah takut ada di rumah pak kyai, takut ganggu nanti."

Akhir akhir ini latifah memang jarang terlihat, itu karena ia harus mengurus pak kyai yang masih terbaring lemah dikasur, jadi latifah yang mengurus semua pekerjaan rumah pak kyai.

Bisa di bilang ia perempuan serba bisa, mungkin itu salah satu alasan pak kyai memilih latifah untuk menjadi istri mas alif.

"Iya juga."

"Nanti we bi, malem."

"Yaudah atuh."

"Habibi, neo." Panggil seseorang

Itu fikri.

"Naon." Jawab neo

"Dipanggil mas alif."

"Ngapain?" Tanyaku

"Disuruh ke kamar pengurus."

Entah apa yang ingin mas alif katakan, tapi sepertinya ini penting.

Aku dan neo bergegas untuk menemui mas alif.

"Rame amat bi."

"Iya ya."

Tidak seperti biasanya mas alif mengumpulkan semua pengurus, sebenarnya apa yang akan mas alif katakan.

Aku memang bukan pengurus di pesantren ini, tapi aku bisa dibilang anak murid kesayangan pak kyai jadi, jika ada acara apapun pasti aku terlibat untuk menjadi panitia di acara itu.

Sebenarnya menjadi anak kesayangan pak kyai tidak selalu menyenangkan, tidak sedikit orang menyinyir dan mengatakan bahwa aku adalah orang yang terlalu percaya diri. huh

Dan masih banyak hal hal yang membuatku tidak nyaman, tapi aku bersyukur aku bisa masuk kedalam list anak kesayangan pak kyai, itu adalah sebuah kebanggaan untuk diriku.

"Assalamualaikum mas alif."

"Waalaikumsalam habibi neo."

•••

halo readers apa kabar? 💗

cinta untuk habibiWhere stories live. Discover now