48 - Bittersweet Night

212 23 2
                                    

Loverdosis : 48
.
.
.

[]

Noina mengintip Nekara yang kehujanan di halaman kost-annya, di pelukan cowok itu terlihat sebuah paper bag berwarna cream yang sudah basah. Gadis itu melirik jam dinding di sebelahnya, pukul dua belas malam.

"Bego, harusnya lo pulang," lirih Noina menutup tirai jendela itu dan duduk bersandar di tempat tidurnya.

Derasnya hujan membuat pendengaran sedikit terganggu, selimut Noina naikkan menutupi kakinya yang hanya memakai celana pendek sepaha. Gadis itu kembali melirik Nekara yang masih setia berdiri di bawah hujan yang dingin menusuk kulit itu.

Noina sebenarnya tak tega, hanya saja ia sudah kecewa dengan cowok itu. Apakah ia terlalu jahat membiarkan Nekara kedinginan dan basah di luar sana?

"Gak ah, biarin aja. Palingan juga nanti dijemput cowoknya." Noina memilih mengabaikan dan kembali menarik selimut menutup seluruh tubuh seraya merebahkan badan.

Drrtt!

"Siapa sih ah, ganggu amat tengah malam." Noina mendengkus kesal.

Drrtt!

Noina mengeluarkan kepala dari selimut, tangannya meraih ponsel yang berada di atas nakas. "Ha?" tanyanya mendekatkan ponsel pada telinga.

"WOI GEMBEL GAK PUNYA ATI! TU YANG DI HALAMAN KOST SIAPA HAH? DISURUH MASUK, PULANG ATAU APA KEK. ANAK ORANG WOI, ANAK ORANG ITU. MATI MAMPUS LO!" Pangeran membuat telinga Noina pengang.

"Biarin aja. Palingan bentar lagi dijemput uke-nya," balas Noina santai.

"Uke apaan?"

"Audah, gue mau tidur, bye!" Noina memilih mematikan ponsel dan lanjut menutup mata menikmati malam yang dingin ini.

Baru sekitar sepuluh menit Noina menikmati tidur nyenyaknya. Pintu belakang kost miliknya digedor rusuh oleh seseorang. Noina menutup kedua telinga dengan tangan, mengabaikan keributan itu.

"Otak mana otak hah? Lo suruh masuk abistu kasih teh anget. Ni baju gue, suruh dia pakai. Gak punya hati lo, Noi." Pangeran menyerocos masuk, melempar hoodie tebal dan celana training miliknya pada Noina.

Noina mengeluarkan kepala dari dalam selimut. "Ran, lo bacot!" ujarnya sedikit serak.

"Njir. Lo yang tolol, gembel. Dia manusia woi, bukan patung. Gue gak tau dia siapa lo, atau ada masalah apa lo dengan orang itu. Tapi, lo keterlaluan, Noi. Ini udah kelewatan." Pangeran berucap serius.

"Daripada lo siksa kayak kini, kenapa gak lo bunuh aja sekalian. Gak waras!"

Bugh!

"Berisik lo!" Noina melemparkan guling miliknya menimpa Pangeran yang oleng.

"Udah lebih lima jam dia di sana. Gue gak mau ada berita kematian di kost bunda gue, ya! Awas aja kalau lo masih batu, lo yang gue bunuh!" Pangeran melempar kembali guling itu ke atas kasur Noina, kemudian berlalu seraya menutup pintu kuat.

Brak!

"Mentang-mentang punya kunci kost, sesuka hati masuk kamar gue," gumam Noina kesal dengan tingkah Pangeran.

LOVERDOSE [END]Where stories live. Discover now