38 - Cengeng

199 23 9
                                    

Loverdose : 38
.
.
.

[]

Sang merah putih dikibarkan. Tangan-tangan itu saling hormat, seraya fokus dan khidmat mendengarkan lantunan lagu kebangsaan.

Noina mendapatkan barisan kedua, bisa melihat sedikit bendera itu perlahan ditarik menuju tempat tertinggi.

Hormat Noina yang kurang tepat dibenarkan oleh Nekara yang tiba-tiba saja datang di sebelahnya. Cowok itu mengangkat sedikit jemari gadis yang sudah mulai mengeluh itu.

Noina hanya tersenyum memelas membalas gelengan lelah dari Nekara. Pandangan Nekara melirik sepatu Noina yang asal diikat tali hitamnya itu. Jika itu adalah siswa lain, sudah dipastikan Nekara akan menyuruh siswa itu segera membenarkannya.

Namun, karena ini Noina, pacarnya, gadisnya, kekasihnya alias miliknya. Maka cowok tinggi itu segera berjongkok membenarkan tali yang semrawut itu. Agar Noina tetap dalam posisi hormat.

Usai melaksanakan tugasnya, Nekara menepuk kepala Noina sekali dan lanjut ke barisan berikutnya mengawasi siswa yang tidak tertib.

Selang setengah jam kemudian, barisan dibubarkan. Noina melangkah lunglai menuju kelas, mencari udara, air dan melepaskan dahaga.

Sudah tak heran lagi, kenapa para cewek di kelas itu saling berbisik ketika Noina memasuki kelas. Entah mulut ember siapa yang memberitahu, yang jelas berita Nekara yang menjadi pacarnya Noina sudah tersebar di mana-mana.

Noina masa bodo, hanya fokus melangkah menuju bangkunya dengan elegan.

Pelajaran terasa begitu membosankan, apalagi Noina tak paham sama sekali. Lebih brengsek lagi.

Pulpen itu hanya berputar-putar di buku putih secara abstrak. Hingga lonceng kebahagiaan datang membangkitkan kesadaran Noina.

Kelas sudah mulai kosong, barulah Noina melangkah keluar kelas segera menuju kantin.

"Hai, pacar saya."

Nekara melompat entah dari mana, tiba-tiba saja datang di hadapan Noina dengan senyum lebarnya. "Gandengan?" tanyanya menaikkan sebelah alis.

"Gak."

Bibir Nekara menekuk kesal. Mempersilakan Noina berjalan lebih dulu sementara ia di belakang membuntuti.

Setelah memberitahu pesanannya pada mbak kantin, Nekara berjalan menuju Noina yang sendirian pada salah satu kursi kantin yang kosong.

Duduk berhadapan dengan Noina yang hanya sibuk memainkan ponsel, membuat Nekara cemberut. "Hargai orang tampan yang berada di hadapan."

Dengan gondok-nya Noina mematikan ponsel itu dan menatap letoy pada Nekara. "Apa?"

"Saya boleh nanya?" Noina menganggukkan kepala. "Kamu pernah berantem atau dieman gitu sama teman kamu gak? Gak ada masalah sama sekali tiba-tiba jauhin kamu gitu aja, pernah?" tanya Nekara menumpu dagu di atas telapak tangan.

"Gak, karena gue gak punya teman," balas Noina.

Nekara mengangguk paham. "Kalau gitu saya boleh mintak pendapat kamu gak?"

LOVERDOSE [END]Where stories live. Discover now