05 - Selamat Bermimpi

557 89 110
                                    

Loverdose : 05
.
.
.

VOTE JUSEYO!

[]

"Khusus kamu boleh, itu artinya kamu memiliki panggilan sayang untuk saya, bukan begitu, Noinoi?"

"He?" Noina memberikan tampang cengo.

Nekara menanggapi dengan kekehan halusnya. "Ya udah, kalau begitu saya mandi dulu." Nekara mengelus singkat kepala Noina dan berlalu menaiki anak tangga di rumahnya.

Noina menutup kotak pizza di hadapannya. Ia menjilati jemarinya yang terkena noda saus. Gadis itu berbalik badan menuju wastafel untuk mencuci tangan. "Orang tua dia kok gak keliatan, ya?" gumamnya.

Kaki gadis itu melangkah keluar rumah, ia berdiri di hadapan kolam renang yang terbentang luas. Perlahan Noina terduduk dan memasukan kedua kakinya ke dalam air yang dingin itu. "Enak bener jadi orang kaya."

"Kamu ngapain malam-malam di sini?" Nekara datang dan ikut duduk di sebelah Noina.

Noina hanya menanggapi dengan gelengan. Dapat dilihatnya, cowok di sebelah gadis itu mengenakan celana selutut dengan t-shirt polos berwarna hitam serta handuk kecil yang terselip di bahunya. Rambutnya yang basah itu tak ditata Nekara membuat Noina segera berdiri dan mengeringkan rambut cowok itu menggunakan handuk kecil yang dibawa Nekara.

"Lo kayak kakek-kakek ubanan, Kak." Noina sibuk mengusap-usap rambut Nekara yang berwarna blonde.

"Kamu gak suka?" tanya Nekara.

"Gak ada untungnya gue suka, gak bikin kaya juga," ujar Noina menanggapi.

"Bikin kaya kok, setiap kamu muji saya akan saya kasih kamu uang seratus ribu, gimana?" Nekara mendongak menatap Noina di atasnya, alisnya naik turun menggoda Noina.

Noina melempar handuk di tangannya menutupi wajah Nekara. Gadis itu berbalik dan melangkah memasuki rumah yang bukan miliknya itu.

Noina menggerutu. "Kimi miji siyi ikin siyi kisih siritis ribi, nyehh!"

Nekara berlari mengejar Noina yang menghilang. "Kenapa? Kurang, ya?" tanyanya saat sampai di sebelah gadis itu.

"Lo ngapain sih ikutin gue mulu, sana kek telponan ama pacar, belajar kek apa kek." Noina masih saja menggerutu. Dasar tidak tahu diri.

"Buat apa telponan, pacar saya 'kan ada di depan saya," balasnya menatap Noina dengan senyuman.

Noina meraup bibir Nekara yang tersenyum dan dengan jemarinya, lalu diputarnya sehingga membuat Nekara merintih kesakitan. "Mampus lo, mamam tuh!"

Usai itu Noina berlari entah ke mana arahnya, padahal gadis itu tak mengetahui dengan jelas denah di rumah ini. "Heh, ke mana kamu? Tanggung jawab," ujar Nekara mengelus bibir seksinya.

Tak melihat tanda-tanda Noina akan kembali membuat Nekara melangkah ke arah gadis itu tadi berlari. Nekara melotot saat melihat Noina terduduk seraya memegang perutnya di sebelah alat DJ cowok itu. Nekara segera berlari menyusul Noina. "Kenapa? Perut kamu kenapa?" tanyanya.

Noina mendongak. "Awas-awas, pergii!" ujarnya mengusir Nekara menggunakan tangannya.

"Perut kamu kenapa dulu?" tanya cowok itu tak sabaran.

Noina mengkulum bibirnya gugup. "Gue... tembus," lirihnya tertunduk.

"Tembus?" tanya Nekara kebingungan.

"Tembus apanya?" lanjut cowok itu yang membuat Noina semakin geram.

"GUE MENSTRUASI, WOI!" bentak gadis itu lalu merintih menahan ngilu di perutnya. "Mama... sakit," gumamnya terus menggigit bibirnya dalam.

LOVERDOSE [END]Where stories live. Discover now