17. Egois

209 44 190
                                    

Kiara berjalan cepat memasuki rumahnya. Dia sendirian. Tanpa Kenan. Cowok itu langsung pulang ke rumahnya sendiri setelah menurunkan Kia di depan pagar.

"Kia, cepat ganti baju terus makan," teriak Nisa saat melihat anak gadis satu-satunya berlari terburu-buru ke lantai dua.

Kia mengabaikan teriakan mamanya. Sekarang yang paling penting, dia harus meluruskan permasalah dengan Kenan. Selepas mengganti pakaian sekolah dengan pakaian santai, Kia melesat cepat menuju rumah Kenan yang berada tepat di depan rumahnya.

Rumah dengan nuansa putih itu terlihat sepi, seperti tidak berpenghuni. Yaa, memang seperti itu. Hanya ada Kenan sendiri disana, itu mengapa Kenan lebih sering berada dirumah Kia.

"Kenan!"

Kia berteriak nyaring di dalam rumah Kenan. Suaranya menggema. Tetapi yang di panggil tidak juga menampakkan batang hidungnya.

"Kenan..., yuhuu," panggil Kia sekali lagi. Dengan suara yang jauh lebih keras. Gadis itu mendengus ketika tetap tidak ada sahutan. Dia menapaki anak tangga hati-hati. Lalu terpaku tepat di depan kamar dengan pintu berwarna coklat tua.

Gadis itu mengambil napas panjang sebelum akhirnya membuka pintu perlahan. "Ken? Kamu di dalam?"

"Kenan?"

Kia melangkah masuk lebih dalam. Memperhatikan kamar Kenan yang amat sangat rapi. Berbanding terbalik dengan kamarnya sendiri.

"Kok nggak ada? Kenan nggak dirumah?" monolog Kia bingung. Baru saja dia akan berbalik badan, sebuah tangan kekar lebih dulu memeluk tubuhnya. Menahannya agar tetap di posisi yang sama.

Wangi tubuh Kenan langsung menyeruak memenuhi indra penciuman gadis itu."Kenapa kesini?" tanya Kenan pelan.

"Aku kira kamu marah karena tadi aku bicara dengan laki-laki lain tanpa izin."

"Aku marah kok, Kiara."

Kia menggigit bibir bawahnya kuat. Jantungnya selalu berdegup tidak normal ketika hanya berdua dengan Kenan. Setetes air jatuh menyentuh pundaknya yang terbuka. Gadis itu mengernyit. "Kamu baru selesai mandi?"

"Iya."

"Nggak pakai baju dong?"

Pertanyaan polos Kia membuat Kenan tertawa. Kenapa pacarnya begitu menggemaskan? "Kan emang nggak pakai baju. Nggak kerasa emang?"

Kenan semakin mengeratkan pelukannya. Masih dengan posisi yang sama. Dimana Kenan memeluknya dari belakang.

"Emm Ken, aku kesini mau minta maaf. Seharusnya aku minta izin kamu dulu sebelum biarin Alvin duduk di meja itu. Bian juga nggak tau apa-apa kok. Jangan marahin dia."

"Hm, nggak pa-pa. Tapi jangan pernah ngulangin hal itu lagi, Ki. Kamu cuma boleh dekat dengan aku dan Bian kalau disekolah."

Kia mengangguk mengerti. " Iya-iya. Tapi mau sampai kapan kayak gini terus? Aku capek, mau duduk," ujar Kia malas.

Kenan lagi-lagi tertawa. Bagaimana bisa dia lupa kalau pacarnya adalah gadis serba malas? Cowok itu melepas pelukannya lalu berjalan santai ke arah lemari pakaian.

"Kamu kok cuma pakai handuk?"

Kenan hanya menggedikkan bahu acuh. "Namanya juga baru selesai mandi."

Kenan mengambil baju dengan warna hitam. Lalu pandangannya jatuh pada Kia yang sedang berbaring malas diranjang. "Kamu ngapain? Keluar gih," usir Kenan seraya mengibaskan tangannya. Tetapi kia masih diposisi yang sama.

"Kia?"

Kenan mendekat, seketika hembusan napas lelah keluar dari mulutnya. Cowok itu berdecak. "Udah tidur aja. Padahal sedetik yang lalu masih ngoceh."

RepasWhere stories live. Discover now