13. Rahasia

203 53 148
                                    

Kia melangkah riang memasuki rumah. Diikuti Kenan yang berjalan santai di belakang. Mereka berdua sama-sama sedang gembira. Tentu saja. Ayah mereka sudah ada di rumah saat ini.

"Papa!!"

Kia melompat ke dalam pelukan seorang pria baruh baya yang selama ini dia panggil papa. Pria itu Yoga. Ayah kandung Kenan. Yoga terkekeh melihat tingkah Kia. Gadis yang sudah dia anggap sebagai anak kandungnya sendiri. Walau sudah berusia 18 tahun tetap saja kelakuannya seperti anak kecil dan menggemaskan.

"Putri Papa apa kabar?"

Kia melepas pelukannya. Matanya berbinar menatap Yoga dengan sorot bahagia yang kentara. "Baik."

"Masih suka malas?"

"Enggak," jawab Kia cepat. Dia berkedip dua kali, lalu mengangguk. "Iya, masih malas, dikit."

Yoga tersenyum. Pria itu lalu beralih pada putranya yang diam dibelakang Kia. Dia mendekat dan memeluk putranya ala pria. Keduanya terkekeh bersama. Mereka sudah hampir satu tahun tidak bertemu. Ini karena Yoga sedang mengembangkan bisnis di luar negeri.

"Kamu tambah ganteng," puji Yoga tulus. "Mirip Papa waktu muda." lanjutnya membuat Kenan mendengus.

Mereka memutuskan duduk di sofa. Dengan Kenan di samping kanan Papanya, dan Kia di samping kiri. Tangan Yoga tak henti-henti mengelus rambut sepinggang milik Kia. Terasa sangat lembut dan wangi. Sesekali, pria itu menciumi puncak kepala Kia. Nisa -mama Kia memaklumi. Mereka semua memang sudah sedekat itu.

"Ganti baju dulu, gih. Nanti baru kesini lagi," ucap Yoga pada Kia.

"Papa nggak pulang, kan?"

"Enggak."

Kia beranjak. Berlari kecil menuju kamarnya di lantai dua. Suasana hening sesaat.

Nisa yang duduk di depan Kenan dan Yoga hanya menatap datar.

"Mama oke?" Kenan bertanya.

"Intuisi Mama makin kesini makin nggak enak aja." jawab Nisa acuh tak acuh.

"Memang ada apa?" Yoga menyahut bingung. Dia baru saja kembali ke Indonesia dan langsung disuguhkan pernyataan mengenai intuisi wanita.

Nisa hanya mengedikkan bahu acuh. Tatapannya tidak terlepas dari Kenan sedikitpun. Membuat laki-laki itu duduk tidak nyaman. Kenan memberanikan diri menatap Nisa, mengunci tatapan wanita itu.

"Eumm..., Mama pernah punya rahasia?"

Nisa tertawa jenaka. Dia menggelengkan kepalanya tidak habis pikir atas pertanyaan itu. "Semua orang punya rahasianya."

Sorot mata Nisa semakin tajam dan mengintimidasi. "Kamu sendiri juga punya rahasia, kan?" tanya Nisa diakhiri senyum miring.

Kenan gelagapan. Dia menarik napas beberapa kali untuk mengatur irama jantungnya yang menjadi tidak karuan. "Hahaha, Kenan nggak lagi coba nyembunyiin sesuatu dari Mama." Kenan menjawab kaku.

"Padahal Mama nggak bilang kamu lagi nyembunyiin sesuatu, loh."

Skakmat!

Kenan kehilangan kata-kata. Sekarang Papanya pun menatapnya dengan sorot interogasi. "Kamu nyembunyiin sesuatu?"

Suara Yoga yang dalam membuat Kenan merinding. Atmosfer terasa begitu sesak. Oksigen seperti hilang dari udara.

"A-aku.. aku ngga-"

"Papa-!!"

Suara Kia membuat Kenan menghembuskan napas lega. Pacarnya itu datang di waktu yang tepat. Suasana yang sempat tidak enak tadi mulai kembali mencair seiring langkah kaki Kia yang mendekat.

RepasWhere stories live. Discover now