01. Mereka

449 83 104
                                    

"Kenapa kamar kamu berantakan mulu, sih? Kamu itu cewek loh."

Kia yang sedang berbaring diranjang menatap Kenan sekilas, dia memutar bola mata malas. "Aku aja nggak sadar aku ini cewek."

Pukk!

Satu buah bantal mendarat sempurna di wajah Kia. Gadis itu berdiri dan menatap galak pada sang sahabat yang berjongkok memilah sampah dikamarnya. "Kok nggak sopan, sih, Kenan. Aku cewek loh!"

Mengulum senyum, Kenan mengangkat sedikit wajahnya, menatap Kia dengan satu alis terangkat. "Katanya kamu nggak sadar kamu itu cewek. Terus kok bilang.."

Kenan menggantung kalimatnya.

Begitu tersadar, Kia langsung menutup mulut. Dia memilih berbalik badan enggan melihat Kenan yang menatapnya dengan seringai jahil. "Tadi aku salah ngomong. Lupakan!"

Kekehan Kenan memenuhi rongga telinga gadis itu. Wajahnya memerah seperti tomat karena malu.

Sesaat, Kia menahan napas ketika merasakan tangan yang melingkari pinggangnya. Kenan memeluk Kia dari belakang dan menumpukan kepalanya di kepala gadis itu. "Aku bisa lupain apa aja yang kamu minta, asal jangan pernah minta aku lupain kamu."

Kia berbalik. Masih dengan Kenan yang memeluk tubuhnya. Dia menatap manik kelabu Kenan dengan senyuman lebar. "Kamu tau aku nggak akan pernah minta itu."

"Iya, kamu nggak akan bisa jauh dari aku," Kenan mengangguk. "Aku juga nggak akan mau jauh dari kamu, Kia."

Ekhem.

Keduanya kompak menoleh ke pintu. Disana, Nisa -mama Kia menatap datar dengan tangan bersidekap dada.

"Masih mau pelukan?"

Kenan spontan melepaskan tangannya dari pinggang Kiara. Dia menggaruk kepalanya yang mendadak gatal. Tersenyum canggung pada wanita yang kini menatapnya penuh intimidasi.

"Ki?"

Lain halnya dengan Kenan yang merasa malu, Kia hanya lempeng-lempeng saja seolah tidak terjadi apa-apa. "Hm, ya Ma?"

"Pacar kamu ada kutu deh kayaknya. Liat aja, dia garuk-garuk kepala."

Kiara mengangguk setuju. "Mungkin. Dia juga bau, kayaknya belum mandi."

Kenan melongo.

"Ki—"

Ucapan Kenan terpotong begitu saja. Sahabat sekaligus pacarnya itu lebih memilih melengos melewatinya dan pergi bersama Mamanya.

"Gak pernah berubah," ucap Kenan kemudian tertawa pelan.

"Fikri, jalan yuk!"

Fikri yang baru selesai memainkan game diponsel menoleh pada pacarnya yang duduk manis di sebelahnya. "Mau jalan kemana?" tanya Fikri sambil mengelus surai hitam milik Shilla.

Shilla mengetuk dagunya sambil menatap keatas, seolah sedang berpikir keras. Fikri yang tidak tahan melihat ekspresi menggemaskan pacarnya itu, dengan gerakan cepat mencubit pipi chubby Shilla dan langsung lari menuju kamarnya di lantai dua.

"FIKRI!! SAKIT TAU!"

Shilla mengejar Fikri mengundaki tangga. Gema suara tawa Fikri memenuhi setiap sudut ruangan.

"Aduh!"

Fikri menoleh. Matanya membulat ketika melihat Shilla tersandung disalah satu anak tangga.

RepasWhere stories live. Discover now