03. Kiara Chira

269 74 66
                                    

"Es krim nya ... nggak enak ya?" Fikri langsung bertanya ketika Shilla menjatuhkan es krim yang sudah dia beli.

Shilla berkedip dua kali. Berusaha mengumpulkan kembali konsentrasi nya yang sempat buyar, lalu kembali menatap Fikri. "E-enak kok. Aku kaget aja."

Fikri mengangkat kedua alisnya dan bertanya bingung, "kaget kenapa?"

"Kamu tiba-tiba bicara soal perempuan," jawab Shilla menunduk.

Beberapa detik hening. Sampai akhirnya tawa yang Fikri paksakan terdengar.

"Aku bercanda, Shill. Kamu tetap paling cantik dimata aku." Tangan Fikri bergerak mengelus puncak kepala Shilla yang masih menunduk. Dia tidak sengaja mengatakan itu. Dia tahu itu salah, tidak seharusnya dia memuji gadis lain pada pacarnya sendiri. Bagaimanapun, selama ini Fikri adalah cowok yang sangat peka. Terutama mengenai Shilla. Lalu kenapa sekarang dia bisa sampai se ceroboh ini?

"Namanya siapa sih?"

"Siapa?"

"Nama cewek itu.." tanya Shilla penasaran.

Fikri hanya mengangkat bahu acuh tak acuh. Dia sendiri juga tidak tahu, dan mungkin tidak tertarik untuk tahu. Mungkin. "Entahlah, yang jelas anak IPA."

"Nggak usah dipikirin ya?" lanjut Fikri memberi saran.

Shilla menghembuskan napas pasrah, dia mengangguk ragu. "Iya."

"KIA!!"

Sang pemilik nama tertawa terbahak-bahak saat melihat Kenan merenggut kesal. Dia merasa puas ketika Kenan selalu kalah dalam permainan yang sedang mereka mainkan.

"Udahlah! kalah mulu aku," ujar Kenan bersungut-sungut. Wajahnya yang putih bersih penuh dengan coretan pena berwarna hitam. Kontras dengan warna kulitnya.

"Ayo main lagi," Kiara menggoyang-goyangkan lengan Kenan. Membuat cowok itu mendengus kesal. Namun tak urung, tetap mengiyakan permintaan sang kekasih tercinta. "Yaudah, ayok."

Batu, gunting, gertas.

Kenan mengeluarkan kertas, sementara Kia mengeluarkan gunting.

"Yeay, menang lagi!" sorak Kia bahagia. Berbanding terbalik dengan Kenan yang memasang wajah nelangsa.

"Nggak usah coret lagi ya, Ki?"

Kia kembali terbahak. Wajah memelas Kenan begitu menggemaskan, mirip bayi anjing. Beberapa perempuan di kelas mereka pun ikut tertawa. Sedikit prihatin melihat wajah Kenan yang penuh dengan coretan abstrak.

"Jangan mau, Ki. Coret aja udah." Bian, salah satu teman sekelas mereka yang duduk tepat dibelakang Kia dan Kenan mengompori. Yang lain mengangguk setuju. "Bener. Harus lakik dong, Ken," timpal Anggun membuat Kenan semakin menatap pasrah.

Kia semakin terbahak. Dia baru saja akan melukis wajah Kenan lagi, tetapi ketukan pintu menginterupsi gerakannya.

"Siapa?" Teriak Bian dari dalam kelas.

Orang didepan sana masih saja mengetuk pintu. Bian yang juga menjabat sebagai ketua kelas mendengus kesal. Dia memutuskan menghampiri, menaikkan salah satu alis ketika melihat seorang cowok yang cukup asing. Tetapi Bian tahu siapa cowok ini. Salah satu cowok dari ekskul futsal, dan cukup terkenal.

"Fikri?" tanya Bian ragu.

Fikri tersenyum canggung. Tidak menyangka akan ada yang mengenalnya. "Iya."

RepasWhere stories live. Discover now