57- Dua Garis?

171K 14K 4.6K
                                    

Tap 🌟

Heh ini kok udah chapter 57 aja sih, gue ngerasa ini banyak bgt bukan target gue bgt. Bahkan konfliknya aja belum keluar udah 57 chap aja:(

Kalo kalian suka chapter yang lebih dari 50 keatas atau 50 kebawah guys?

Eh btw gue dug2an mau scroll kebawah karena abis liat judul, kalian gt gak sih?






























___

Huekk..Huek..

Buru-buru Alan melompat dari kasur setelah mendengar bunyi muntahan di kamar mandi.

"Kenapa?" teriaknya keras tetapi diacuhkan oleh Olivia yang masih sibuk memuntahkan cairan bening di wastafel.

Alan membantu memijat pelan tengkuk gadis itu.

Huekk..Huek..Huekk..

Setelah dirasa selesai mengeluarkan cairan beningnya, Olivia membersihkan mulutnya lalu menyenderkan dirinya pada dada bidang Alan.

"Udah muntahnya?" tanya Alan mengelus surai gadis itu dengan sesekali mencium aromanya yang memabukkan hidungnya.

"Iya."

Alan memapah gadis itu menuju kasurnya lagi untuk berbaring.

"Minum dulu," titah Alan membantu Olivia minum air dari gelas kaca yang memang disediakan di kamar ini.

"Pusinggg," adunya sedikit merengek membuat Alan sedikit tertegun karena memang Olivia jarang sekali berbicara dengan manja dan merengek seperti ini.

"Sini gue pijitin," Alan mengubah posisi mereka dengan Olivia yang tiduran diatas pahanya. Lalu mulai memijat-mijat pelan kepala gadis itu.

•••

"Alannn, mual lagii." badannya bahkan terasa sangat lemas akibat banyaknya cairan bening yang keluar dari mulutnya terbuang sia-sia. Pagi hingga malam ia tidak berhenti-henti memuntahkan cairan. Ia juga sangat heran

Apalagi, nafsu makannya juga turun drastis. Ia malah semakin mual melihat makanan apapun, sampai-sampai Alan menyerah sendiri karena gadis itu tidak mau makan apa-apa. Muntahannya saja hanya air tanpa ada nasi atau lauk apapun.

"Terus gimana, sayang, hm?"

"Pijitin lagi palanya," tunjuknya pada kepalanya.

Alan mengubah posisi Olivia menjadi tiduran di pahanya lalu memijit-mijit pelan kepala gadis itu untuk menghilangkan rasa mualnya.

"Laper gak, hm?"

"Iya, tapi nanti mual lagi kalo liat makanan."

"Yang gak mual apa dong?"

"Gak tau."

"Ck."

Tiba-tiba saja Alan malah membayangkan betapa lezatnya martabak telur setelah melihat iklan di televisi didepannya itu.

"Gue beli martabak, ya?"

ALAVIA (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang