Satu ☁️ Inikah Prolog?

1.5K 268 51
                                    

Ada sajak berkata, "Masa SMA adalah masa terindah

Oops! Questa immagine non segue le nostre linee guida sui contenuti. Per continuare la pubblicazione, provare a rimuoverlo o caricare un altro.

Ada sajak berkata, "Masa SMA adalah masa terindah." maka aku akan menampiknya dengan buku tugasku yang sudah beranak meski baru memasuki akhir semester satu. Ini salahku sendiri karena memilih sekolah elite di kota. Tak ada teman dari SMP yang satu kelas denganku sebab nilai mereka tidak cukup—sebuah keajaiban aku lolos.

Bukan tergolong pribadi yang pandai bersosialisasi, aku berakhir tak punya teman bahkan nyaris sesekolah. Kalau kalian membayangkan diriku adalah seorang kutu buku dengan kacamata culun yang sering dibully karena terlihat cupu di sekolah elite, kalian salah.

Mama bilang aku terlalu pemilih soal berkawan, bahkan sejak masih kecil tak banyak anak-anak yang mau bermain denganku karena berbagai alasan. Ya rambutku kepanjangan lah, mirip Sadako lah, terlalu pintar main petak umpet, sampai kebanyakan menebak nama negara waktu main Pancasila Lima Dasar—harusnya aku pura-pura bodoh saja, tetapi takut keterusan bodohnya.

Akan kuceritakan satu kisah menyebalkan tentang sekolah baruku. Seperti ada peraturan tak tertulis di sini: Dilarang menggunakan tangga di sebelah lab kimia lama. Katanya, di sana ada arwah siswa aneh, korban salah ramuan yang masih gentayangan. Itu konyol, alasan yang lebih logis adalah karena tangga itu banyak retak dan tak lagi kokoh setelah gempa 2004 silam. Letaknya paling belakang, paling ujung, paling sudut, nyaris bersebelahan dengan kelas IPS dan kantin.

Kembali ke kehidupan sekolahku, paragraf di atas adalah salah satu pendukung menjauhnya kawan-kawan kelas dariku. Satu hari, mereka menganggapku aneh karena berani melewati tangga itu sendirian. Bukan masalah besar, keesokkan harinya mereka melupakan fakta itu dan mengajakku sekelompok—karena aku pintar, tentu saja.

Semua interaksi sosial yang kulakukan semata-mata untuk kepentingan formalitas saja. Wali kelasku pernah sekali menegur—mengancam lebih tepatnya—nilai sosialku yang jelek tengah semester lalu. Karena aku tidak bahkan tak hafal nama teman sekelas dan terlalu apatis.

Tahun pertama SMA-ku benar-benar kacau. Sebenarnya aku mau bersosialisasi dengan mereka, tetapi otakku menolaknya. Berteman dengan kebanyakan perempuan tidak begitu menguntungkan—percayalah, saat kalian sekelompok, para perempuan akan menghabiskan setidaknya minimal 30 menit untuk berdiam, berpikir, kemudian bergibah. Sangat membuang waktu.

Belum lagi drama anak remaja yang rebutan cowok. Bung, aku keluar dari kebodohan remaja ini. Andaikata ada salah satu perempuan pendiam di kelas, yang berkacamata tak apa, akan kudekati dia dan menyogoknya dengan puluhan novel Sherlock Holmes di kamarku agar kami berteman dekat.

Sayangnya, semua itu hanya andai. Tidak ada anak yang benar-benar pendiam di sekolah elite seperti ini. Kebanyakan mereka terkenal di sosial media, atau sang pencetak kejuaraan daerah minimal. Aku beruntung tidak kena rundung karena otakku ini bisa diandalkan dan gen papa yang mendukung.

Bukan masa SMA seperti ini yang kucari, tetapi ini lebih baik dari pada dijauhi selama tiga tahun. Baiklah, ini tanggal satu Januari, dua hari lagi sekolah akan dimulai dan aku memasuki semester kedua di sekolah baru. Ada banyak event dari OSIS yang bisa kumanfaatkan untuk mendapat kawan.

Selamat membaca jurnalku, para pembaca tak kasat mata. Boleh jadi selama ini aku adalah teman sekelasmu, atau tetanggamu yang jarang terlihat. Satu hal, tolong jangan adukan jurnal ini pada mamaku.

CANDALA [TAMAT]Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora