Momen Kesembilan Belas

31 9 4
                                    

Ingin tidak ingin, pada dasarnya bukan kita yang menunggu waktu beranjak. Akan tetapi, waktu yang meminta kita bergerak cepat.
***

Kesibukan untuk menyambut murid-murid tahun ajaran baru pun dimulai. Tidak hanya anak OSIS, seluruh anggota ekskul pun menyiapkan diri untuk acara demo, yakni pertunjukan yang diadakan setiap ekskul untuk mempromosikan organisasi mereka.

Aku harus merelakan hari-hari lebih banyak duduk di kursi ruang OSIS daripada Mading semenjak gelaran ulangan umum semester genap selesai. Persiapan untuk MOS dan Persami harus direncanakan dengan matang. Dengar-dengar, untuk Persami kali ini akan dilakukan di luar sekolah. Cukup seru, tetapi siapa pun yang ikut harus mengeluarkan biaya operasional sendiri, tidak peduli sekalipun dia anggota OSIS.

Duit lagi.

Menjelang akhir minggu pertama Juli sudah tidak ada lagi mendung manja di langit. Udara memanas. Kepulan debu seperti berpesta menyambut kemarau. Beberapa pohon jati di taman belakang sekolah mulai meranggas, padahal belum puncak kemarau. Rasanya, untuk tahun ini, musim kering sangat terasa kering. Satu hal yang paling kuharap adalah semoga air di sumur rumah kami tidak mengalami kekeringan.

"Mulai berhemat air, ya, Mbak. Jangan keseringan buang-buang untuk menyiram bunga." Begitu peringatan Ibu.

Apa boleh buat. Bunga-bunga di halaman depan harus mengirit asupan. Tidak apalah, ya. Sehari sekali sudah syukur.

"Jadi bagaimana? Daftar syarat teka-teki sudah disusun?" Kak Reksa memulai rapat OSIS hari ini.

"Sudah, Sa. Sudah ada lebih dari 30-an list yang bisa kita bagi untuk tiga hari."

Sistem MOS di sini adalah tiga hari pengenalan murid baru terhadap sekolah yang akan didampingi kakak OSIS dan guru pembina tertentu dan satu hari satu malam berkemah sebagai puncak acara MOS.

Di Persami nanti, selain diadakan pentas seni, merupakan hari di mana murid baru harus memilih ekskul yang ingin dijalani. Persami biasanya dimulai pagi hari. Rangkaian yang akan digelar bukan saja pentas seni, tetapi beberapa demo dari ekskul-ekskul tertentu. Demo ekskul sendiri biasanya sudah berjalan sejak MOS hari pertama. Karena banyak ekskul di sekolah ini, pertunjukannya tentu harus bagi waktu.

Untuk demo Mading akan dilaksanakan saat Persami nanti. Aku tidak sabar menonton sepak terjang Kak Rosiana and The Ganks. Kalau aku, sih, tidak ingin ikut. Aku mengajukan diri untuk bagian liputan saja.

"Pak Abimana bilang, kita jadi Persami outdoor." Kak Reksa menyebutkan salah satu tempat yang biasa dipakai untuk berkemah.

Kalau tidak salah, tempat itu berada di kaki gunung dekat sini. Udaranya pasti akan sangat dingin di sana.

"Akbar udah bagi kelompok untuk kakak pengawas MOS?" Kali ini Kak Reksa mengarahkan tatapan ke Kak Akbar.

"Selesai, dong, Sa." Cowok itu menyerahkan selembar kertas ke Kak Reksa.

Sang ketua OSIS mulai menyebutkan siapa saja yang kebagian mengawas gugus murid baru. Aku mendapat kesempatan mengawas Gugus Hijau bersama Rashaka dan Raga. Alamak! Takdir seperti tahu ke mana aku harus dijebloskan. Mengingat masa lalu di antara mereka, agaknya kami akan canggung.

Gusti, ujian macam apa ini?

Aku bergantian menatap Rashaka dan Raga. Meski tidak memprotes, keduanya tampak enggan untuk menerima keputusan. Bisa-bisanya juga takdir mempertemukan mereka di atap OSIS ini.

"Enggak bisa ganti, ya, Kak Akbar?" Aku refleks bertanya.

"Kenapa emang, Tha? Mau ganti?" Kak Reksa yang menyahut.

Ada yang Memang Sulit DilupakanOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz