Momen Kesembilan

30 10 6
                                    

Pada akhirnya, terserah waktu.
Jalani yang bisa dijalani.
Nikmati selagi masih bisa dinikmati. Karena tidak ada yang tahu tentang esok.

***

"Talitha! Tha! Tatha!" Nuri mendatangi mejaku dengan wajah begitu semringah. Sangat semringah sampai teriakannya bisa memecah gendang telinga jika saja tidak langsung kututup.

Pagi yang sendu dengan arakan sedikit mendung di langit seketika buyar karena Nuri yang entah akan membawa kabar apa sampai berseru kegirangan begitu.

"Tha, hari ini tanggal berapa?"

Aku mengingat-ingat kembali. "Tanggal 20 Oktober."

"Artinya hari apa, Tha?" Nura sangat berbinar menunggu jawabanku.

"Kamis-lah." Nih, anak bloon atau apa? Jelas-jelas seragam yang kami kenakan hari ini si batik, masih pakai nanya hari apa segala.

"Ih, bukan itu, Tha." Nuri mulai geregetan.

"Terus?"

"Party, Tha! Party!"

Aku masih tidak menangkap maksud cewek ini. Party? Party apa? Siapa yang mengadakan party? Ada yang ulang tahun, ya?

"Siapa yang ulang tahun, sih, Nur?" Aku mulai malas tebak-tebakan.

"Ish, Si Dodol!" Nuri menepuk dahi frustrasi. "HUT SMP kita, Tha!"

Aku berpikir sebentar. HUT ... SMP?

"O, iya. Dua puluh Oktober, ya?"

"Iye. Pinter-pinter lemot kamu, mah."

Aku terkekeh. Banyak hal yang harus kuurus membuatku sedikit lupa tentang acara tahunan dari SMP kami sebelumnya.

"Nonton, 'kan? Unlimited Band juga dateng." Nuri menyebutkan salah satu band yang biasa mengisi HUT SMP kami.

Band indie yang namanya sedang naik daun. Aku tidak sangka. Berawal dari band sekolah, mereka terus terbang menjadi band terkenal di kabupaten ini.

Kok, Talitha tahu? Ya, karena mereka band yang berdiri di SMP-ku beberapa tahun lalu--enam atau tujuh tahun lalu. Alias, mereka ini alumni sana. Jadi, sudah barang tentu setiap tahun akan menjadi kartu andalan. Digawangi oleh Arga sebagai vokal, Adrian gitaris, Naufal pianis, Ranggata drummer, dan Bobi basis. Mereka selalu berhasil menghipnotis dengan suara dan musik yang menyesakkan. Band ini sangat suka mengeluarkan single-single patah hati. Bahkan, dari sekian belas lagu yang sudah rilis, kebanyakan lagu-lagu bermusik melo.

Kalau dulu, jelas aku akan selalu nonton mereka tampil di HUT karena masih sekolah di sana. Sementara sekarang, kan, aku sudah di SMA sini. Tentu saja sudah tidak bisa ikut menonton karena harus menjaga toko.

"Tahun ini mulai enggak bisa, deh, Nur. Kan, kamu tahu aku jaga toko."

"Izinlah, Tha. Masak melewatkan penampilan Unlimited? Kan, kamu yang paling suka mereka."

Aku meringis. Meski mungkin Mbak Ginuk mengizinkan, tetapi aku yang merasa tidak enak karena sudah berkali-kali minta izin tidak jaga toko.

"Yang lain juga ikut, Tha. Mereka juga pengin tahu Unlimited-nya kita. Ya, ya, ikut?"

"Ikut, Tha! Harus!" Itu suara Akmal.

"Kamu ikut, Mal?" Aku menengok ke balik tubuh Nuri yang berdiri di samping meja. Suara Akmal terdengar di belakang cewek ini.

"Ikut. Bahkan, nyaris semua anak X-5 mau ke sana. Ya, barangkali ketemu adik-adik manis nan lugu."

"Terus, mau kamu jadiin pacar, begitu?" Nuri menodong.

Ada yang Memang Sulit DilupakanNơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ