Like A Flowing Wind : Kediaman Brian

141 34 6
                                    

Mentari pagi menembus kamar tamu milik kediaman Brian dan Sera

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Mentari pagi menembus kamar tamu milik kediaman Brian dan Sera. Penghuni kamar tersebut bangun dengan dalam keadaan mata yang sungguh lengket. Semalaman, dirinya menghabiskan waktu untuk menangis dan meratapi nasibnya sendiri.

Brian memandang adiknya yang menggeliat untuk meluruskan otot-otot. Penampilan Lala begitu kacau. Kaos dan celana kebesaran milik Brian menutupi lekuk tubuh Lala. Bukannya terlihat seksi seperti di film, Lala malah terlihat compang-camping.

"Lagian lo bisa pake bajunya Sera. Kenapa harus pake baju gue, sih?" Tanya Brian nyolot.

Lala belum sepenuhnya sadar. Perempuan itu baru membuka matanya dan membiarkan diri untuk melamun terlebih dahulu. Sekitar semenit keduanya terdiam. Brian yang menunggu jawaban dan Lala yang mengumpulkan nyawa membuat suasana hening.

"Kan nggak sopan Bang kalo gue buka lemari Mbak Sera. Dan lagian yaudah sih, gue nggak peduli juga penampilan gue sekarang."

Brian malas merespon. Dalam hatinya bersyukur bahwa adiknya sudah bisa berbicara banyak meski Brian yakin dalam hati Lala masih merasa hancur. Lagipula siapa pula yang bisa melihat suaminya berjalan dengan gadis lain dengan pandangan biasa saja?

"Sarapan dulu, yuk. Surya bikin roti bakar tuh." Ajak Brian yang membuat Lala langsung bangkit. Melihat hal itu Brian langsung berjalan mendahului adiknya. "Roti bakar jatah gue jangan lo ambil ya, Dek!"

Bukan Brian bilamana tidak merasa tersaingi dalam urusan makanan.

Lala berjalan keluar kamar sambil menggaruk kepalanya. "Lo makan mulu, Bang yang dipikirin."

Brian membela diri, "dari pada beban hidup yang dipikirin melulu."

Perkataan Brian membuat Lala tertegun. "Iya juga."

Selama ini Lala lupa kapan terakhir kali ia makan dengan nikmat, tidur dengan nyenyak dan melamun tanpa memikirkan apapun. Dalam benaknya sudah dipenuhi kekhawatiran yang mendalam. Hebatnya, Lala bisa menampungnya sendiri.

Di ruang makan –yang tembus ke dapur- ada Surya dengan apron yang melengkapi penampilannya. Pria itu sibuk memanggang roti dengan telaten. Menyadari keberadaan Lala, pria itu langsung berbalik dan tersenyum.

"Udah bangun, La? Sarapan dulu, nih."

Lala tersenyum sambil menghampiri Surya. "Iya. Saya bangun siang banget, Bang. Untung aja pepatah bilangnya 'anak gadis nggak boleh bangun siang'. Saya kan udah bukan gadis."

Surya tertawa garing. Dirinya bingung merespon gurauan Lala dan malah membuat dirinya canggung. Sedangkan yang mengucapkan hal itu malah santai saja tanpa berdosa.

"Kok nginep di sini, Bang?" Tanya Lala kepada Surya. Ia baru tersadar. Kemarin belum sempat penasaran karena pikirannya yang kalut.

Bukan Surya yang menjawab, melainkan Jafni yang baru saja keluar dari kamar mandi. "Di suruh kakak ipar lo, La." Jelas Jafni. "Takut abang lo selingkuh kali, ya?"

The Book Of Us : Lala & Davin Story | DAY6Where stories live. Discover now