Time Of Our Life: Rasa Takut

226 46 30
                                    

Pandangan Lala fokus ke cermin yang menampakan dirinya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Pandangan Lala fokus ke cermin yang menampakan dirinya. Keringat dingin bercucuran di pelipisnya. Padahal, ia baru selesai mandi namun entah mengapa udara terasa panas. Lala mengibas-ngivaskan tangannya sendiri. 

Masih dibalut dengan handuk hotel, Lala melumuri kulitnya dengan body lotion. Telapak tangannya menyusuri tubuhnya sendiri. Pikirannya tiba-tiba melayang ke pemikiran tak terduga. Sebentar lagi, ada tangan lain yang akan menyelusuri tubuhnya. 

Lala menggeleng-gelengkan kepala dan menepuk kasar pipinya. Pikiran kotor berlangsung sedari tadi. Terlebih ketika Lala melihat Davin ㅡyang mandi terlebih dahuluㅡ hanya keluar dengan sebuah handuk melilit pinggangnya. Pria itu memang bisa santai saja, namun tidak dengan Lala. Untuk mengalihkan kesalah tingkahannya, Lala sampai berpura-pura mencari baju. 

Davin tahu Lala salah tingkah. Ia hanya tersenyum tengil ke arah istrinya. Demi tuhan, saat itu Lala tak mau melihat wajah Davin. 

"Sayang cepet ya mandinya, jangan biarin gue nunggu."

Begitulah yang disampaikan oleh Davin kepada Lala sebelum masuk kamar mandi. Mendengarnya, Lala bukan mempercepat mandinya malah kian lambat dari biasanya. Masalahnya setiap ia bergerak di kamar mandi, ia selalu termenung apa yang akan terjadi ketika ia keluar dari kamar mandi tersebut. 

Lala tak mau membiarkan rambutnya basah. Untungnya hotel memfasilitasi kamar mandi yang menyediakan hair dryer. Dengan kepanasan yang sedang, Lala mengeringkan rambutnya dengan lambat. Hatinya merasa tak enak dan tak mau segera keluar kamar mandi. 

Namun sial, entah faktor hair dryer bagus yang cepat mengeringkan, atau Lala yang terus mengundur waktu, rambut Lala mengering dengan cepat. Sepertinya waktu tidak berpihak padanya melainkan berpihak kepada Davin. 

Lala tak mengerti mengapa malam pertamanya terasa begitu menegangkan? 

"Sayang." Panggil Davin dari luar. 

Biasanya Lala akan tersenyum ketika Davin memanggilnya dengan sebutan sayang. Namun kali ini berbeda, ia merasa begitu ketakutan. Apakah setiap perempuan merasakan hal yang sama? 

"Iya?" Sahut Lala. 

"Lo nggak apa-apa di dalam?"

Apa-apa, Bangsat. Gue tegang.

"Nggak apa-apa, kok. Gue cuma belum selesai dengan urusan gue." Lala berbohong. 

"Oke, awas masuk angin. Jangan lama-lama."

Terdengar langkah menjauh dari pintu kamar mandi. Davin sudah tidak ada di depan pintu. Lala membuang nafas lega. Suasana hatinya memang tegang. Terakhir ia merasakan ketegangan ialah ketika masuk ke ruang sidang skripsi. 

Awalnya Lala santai saja soal malam pertama. Ia pikir hal itu akan berjalan begitu saja sesuai alur. Ternyata tidak semudah itu. Tangannya tremor setengah mati. 

The Book Of Us : Lala & Davin Story | DAY6Where stories live. Discover now