Time Of Our Life : Bersyukur

196 44 6
                                    

Menempuh empat puluh menit perjalanan dari hotel, akhirnya Davin, Lala, Wildan dan Lia telah sampai di sebuah pantai bernama Parang Tritis

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Menempuh empat puluh menit perjalanan dari hotel, akhirnya Davin, Lala, Wildan dan Lia telah sampai di sebuah pantai bernama Parang Tritis. Pukul empat adalah waktu yang tepat untuk mereka bersiap menikmati matahari terbenam. Selain bermain ombak, apalagi yang kita kejar ketika datang ke pantai selain pergantian posisi matahari? 

Wildan dan Lala begitu merasa bebas. Seturun dari mobil, keduanya berlari dengan bebas. Berbeda dengan Lia yang menjaga image dan Davin yang tak ekpresif di depan publik. Lia dan Davin hanya menertawakan kelakuan Lala dan Wildan yang berlari-lari menuju ombak. 

"Beruntung gue bisa kenal sama mereka berdua." Celetuk Davin sambil memandangi mereka. "Cerianya mereka bikin orang lain yang ngeliatnya ikut terbawa."

Lia menanggapi. "Iya, mereka sama-sama punya positive vibes. Bedanya, Lala nunjukin itu ke orang terdekatnya doang. Kalau Wildan sayangnya ke semua orang."

Davin mengerutkan kening, tak paham dengan perkataan Lia. "Bukannya sikap Wildan bagus kalo kayak gitu? Kok sayang?"

Lia menghembuskan nafasnya dengsn berat sambil tertawa. Bagus katanya. Yang Lia tangkap bukanlah hal yang bagus melainkan sebuah bahaya. 

"Sikap Wildan yang kayak gitu tuh buat orang lain bisa salah paham." Jelas Lia sambil memandangi Wildan yang sedang mencari kerang. "Termasuk gue."

Jika ada lomba ketidakpekaan dalam situasi, Davin akan menjadi pemenangnya saat ini. Dirinya malah semakin bingung dengan perkataan Lia. "Hah? Lo salah paham kenapa sama Wildan?"

Sekarang giliran Lia yang mengerutkan kening sambil menatap tak percaya kepada Davin. "Serius lo nggak ngerti? Sumpah lo orang pinter yang ternyata bego soal beginian, ya? Nyesel gue ngomong sama lo."

Lia pergi meninggalkan Davin dan menyusul Wildan yang ada di sana. Ia tak lupa memakai sunglasses sebagai pelengkao penampilannya ketika di pantai. Gadis itu memang mempersiapkan penampilannya dengan sempurna. 

"Vin! Sini!"

Ketika Davin tengah sibuk menelaah perkataan Lala, lamunannya pecah lantaran seseorang memanggilnya. Dia adalah Lala yang melambaikan tangannya kepada Davin dari kejauhan. Davin tersenyum melihat istrinya yang terlihat sangat senang. 

Di mata Davin, Lala terlihat begitu cantik dengan kaos kebesaran yang menyembunyikan celana pendek yang sedang Lala pakai. Ralat, istrinya itu memang selalu cantik di matanya membuat Davin tak pernah berhenti memuji meski kadang hanya dalam hati. 

Davin berjalan menghampiri Lala dengan berlari. Ia langsung menyerang Lala dengan pelukan dan mengayun-ayunkan tubuh Lala dalam pelukannya. Hal itu membuat Lala sedikit terkaget dan teriak. 

Sejenak, Davin dan Lala melupakan kehadiran Wildan dan Lia. Mereka fokus menikmati matahari terbenam berdua. Tangan mereka bertaut ketika bermain dengan ombak. 

Entah hanya perasaan Lala, atau pantai memiliki kekuatan untuk menyerap kesedihan dalam hatinya. Sebelum tiba di sini sejujurnya Lala tak bisa melupakan apa yang dikatakan oleh Doni. Ia bahkan harus pura-pura tertidur agar Davin tak melihatnya murung. Setibanya di pantai perasaan sedih itu hilang. 

The Book Of Us : Lala & Davin Story | DAY6Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang