Cover : Perjanjian

133 32 4
                                    

Lala meneguk ludahnya dalam diam

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Lala meneguk ludahnya dalam diam. Dirinya dan Davin sudah berada di depan rumah yang cukup minimalis untuk pria yang telah memiliki empat istri. Ya, mereka sudah tiba di rumah Doni namun masih berdiam diri di mobil.

Davin sibuk dengan ponselnya. Meski di hari libur pria itu masih sibuk dengan tugas-tugas yang diberikan seniornya. Sedangkan Lala masih membeku mendatangi rumah yang pernah ia kunjungi sekali ketika Davin mengajaknya berkenalan kepada sang keluarga.

Davin melirik ke arah Lala yang membatu. "Ayo, sayang. Kamu mau di sini aja?" Gurau pria itu.

Lala memiringkan kepala dan melirik ke arah Davin. Perasaan tadi suaminya itu masih sibuk dengan ponselnya. Mengapa ia begitu cepat menyelesaikan urusan kantor ketika Lala sedang melamun memikirkan betapa tak nyaman dirinya nanti bila masuk ke rumah di hadapannya.

"Oh, ya." Sahut Lala.

Davin keluar terlebih dahulu. Bukannya masuk ke dalam rumah, pria itu malah berjalan setengah mengelilingi mobilnya. Lala tersenyum ketika mendapati Davin keluar terlebih dahulu hanya untuk membukakan pintu untuknya. Bukan hanya itu, ketika telah membuka pintu, Davin pun menghalangi kepala Lala dengan tangannya agar tidak terbentur.

"Gue masih punya tangan juga kali, Vin. Lo repot banget, deh."

Meski tersanjung, Lala selalu menutupinya. Ia lebih memilih untuk berkomentar secara realistis. Padahal dalam hatinya menjerit kegirangan.

Davin yang mengerti akan sikap dingin Lala langsung mengelus kepala istrinya. "Iya sayang, sama-sama."

Akhirnya Lala terkekeh. Mau ditutup serapat mungkin atau disembunyikan serapi mungkin Davin akan tetap mengetahuinya.

Akhirnya mereka berjalan masuk ke rumah Doni. Pintu rumah itu terbuka lebar, memperlihatkan keberadaan Doni dan para istri. Ada Sean juga di sana yang sedang fokus menonton tv.

Doni menyadari kehadiran Davin dan Lala di ambang pintu. Ia langsung berdeham dan melambaikan tangannya. Bukan lambaian yang berupa sapaan, melainkan lambaian memerintah untuk segera menghampirinya. Melihat akan hal itu, Davin berjalan malas kearah Doni. Sedangkan Lala berjalan dengan penuh kecanggungan.

Lala tak berani menegakan kepalanya. Ia merasa terlalu rendah untuk berada di lingkungan ini. Langkah kakinya pun di gerakan secara hati-hati. Padahal bila Lala terjatuh, tidak akan membuat citra Doni turun begitu saja. Ketakutannya sudah 'terlalu' akibat ancaman setiap hari dari Doni

"Duduk, Nak." Perintah Doni kepada Davin sambil menepuk sofa kosong di sebelahnya.

Davin menurut. Ia duduk di sofa tersebut dan mengajak Lala untuk duduk di sana. Belum apa-apa tindakan tersebut sudah di cegah oleh sang ayah.

"Suruh istrimu bantuin mamamu masak di dapur." Sergah Doni ketika Lala baru saja mau menempelkan bokongnya ke atas sofa.

Belum lama Davin duduk, pernyataan Doni sudah membuat dirinya tak nyaman. "Mama sudah nggak masak kan, Yah. Mama udah meninggal." Sindir Davin kepada ayahnya.

The Book Of Us : Lala & Davin Story | DAY6Where stories live. Discover now