28. Demo Warga

22.9K 1.9K 66
                                    

     Bagai petir di siang bolong, Kayera menatap miminya dengan air mata mulai merebak."Mimi lakuin ini buat aku sama Braza biar bisa nikahkan? Mimi mau korbanin per—"

"Nanti mimi jelasin, kalian nikah aja dulu." potong Kanya.

"Tapi—"

"KELUAR!!"

"KELUAR!"

Braza, Kanya, Kayera menatap bingung suara ricuh di depan rumahnya.

Braza menghadang Kayera yang akan ke depan."Masuk kamar." titahnya datar.

Kayera menggeleng."Ga! Itu ada apa." tolaknya seraya hendak melangkah namun Braza tahan.

"Masuk!" geramnya yang sontak membuat Kayera menahan nafas takut.

Kayera membawa langkahnya ke kamar dengan ragu dan penasaran, ada apa di luar?

Kanya membuka pintu, dia terhenyak kaget saat banyak warga mengepung rumahnya bagai unjuk rasa.

"Ada apa ini?" Kanya terlihat bingung sekaligus takut.

"Halah! Jujur aja kalau anak gadis anda sedang hamil dan laki - lakinya kakak tirinya sendirikan?" teriak salah satu warga yang membuat sekitarnya semakin panas nan ricuh.

Kanya menelan ludah gugup, kenapa bisa satpam rumahnya mengizinkan mereka masuk?

Kanya melirik Braza yang biasanya datar kini terlihat marah.

🦋🦋🦋

Siska tersenyum puas, melihat keluarga Kanya yang selalu bahagia membuatnya muak.

Secara tidak langsung Siska tidak merasa puas dengan hidupnya yang selalu berada di bawah Kanya.

"Kasihan Kayera, dia baik dan ga pernah usik keluarga kita. Kenapa banyak banget yang mau usik keluarga yang tenang kayak mereka." Sinta terlihat murung di samping sang ibu.

"Kamu jangan banyak ikut campur, urus suami kamu yang sering pulang sambil mabuk itu!" sewot Siska pada Sinta.

Kalau saja suami anaknya itu tidak kaya, mungkin sudah Siska tendang dari list menantu.

Sinta menatap ibunya dengan tatapan terluka, tidak tahu saja ibunya itu kalau suaminya itu sering melukai fisiknya.

Sinta sadar kalau uang lebih penting bagi ibunya di banding dirinya.

"Ha! Kalau warga sudah turun, pasti media mengendus semuanya cepat. Perusahaan mereka pasti kena dampak." senyum penuh kemenangan muncul dengan ngerinya.

Sinta sampai menatapnya tidak percaya, ibunya sungguh semakin jahat akibat terhipnotis uang.

"Ga sia - sia aku sebar gosip ini." gumam Siska dengan semakin puas.

Padahal mereka keluarga sedarah, penyakit iri memang tidak pandang bulu.

🦋🦋🦋

"Kami akan cerai dan akan menikahkan mereka diam - diam." Kanya menjelaskan pada pak RW dan RT.

Mereka tengah di ruang tamu sedangkan warga sudah di bubarkan dan membubarkan diri.

"Sekedar saran, mohon maaf. Ini demi kepentingan dan kebaikan bersama." pak RW menjeda."sebaiknya nak Braza dan Kayera di bawa pergi dari sini untuk sementara waktu agar warga bisa tenang dan tidak berpikir macam - macam." lanjutnya.

Braza hanya diam mendengarkan, apapun keputusannya asal baik baginya dan Kayera dia terima.

"Itu bisa kami atur, pak." Kanya terlihat agak rileks."jangan mengarak mereka karena mereka hanya kecelakaan, bukan di sengaja." terangnya.

Pak RT dan pak RW terus memberi solusi yang siapa tahu memang itu bisa menjadi kebaikan bersama.

"Siapa yang pertama kali melapor pak? Itu jelas saja fitnah, anak saya tidak seperti itu, dia perempuan baik - baik, mereka kecelakaan sampai bisa hamil!" Kanya terlihat tersulut emosi.

"Saya tidak ingin memberi tahu, saya tidak ingin memperkeruh keadaan. Yang pasti, kami mohon kerja samanya." kata pak RT sebagai penutup pembahasan.

🦋🦋🦋

Kayera menoleh saat kepalanya di peluk dan di kecup dari belakang."Tadi apa? Aku liat dari sini banyak warga di luar." kedua mata Kayera terlihat sudah basah, banyak juga jejak air mata di pipinya.

Braza lupa soal balkon, padahal Braza tidak ingin membuat Kayera sedih dan kepikiran.

Braza mengecup perut Kayera dengan berusaha merangkai kata."Warga udah tahu kamu hamil, mereka mau kita di nikahin." di usap wajah Kayera penuh perhatian.

Kayera menatap wajah Braza yang sering datar itu."Kita di demo? Aku hina banget ya.." isaknya tak terkendali.

Ini yang Braza takutkan, Kayera akan terpukul dan kembali terpuruk. Kabar perceraian orang tuanya saja masih membekas di pikirannya.

"Hina gimana? Kamu ga salah di sini, aku yang harus di salahin. Aku harusnya bisa nahan diri." ujar Braza panjang lebar dengan nada masih terdengar tenang.

"Terus gimana?" Kayera tersedu - sedu, terlihat semakin kalut."mimi sampe berkorban, kenapa serumit ini." lanjutnya putus asa.

Braza diam, mengusap kepala Kayera dengan harapan bisa membuatnya tenang walau sebenarnya tidak sama sekali.

Braza mengecup pipi basah itu, mengecup bibirnya."Biar aku yang banyak berpikir, kamu tahu beres. Ayo kita pindah." ajaknya dengan kembali memasang wajah datar.

"Ki-kita mau kemana? Di usir?" tanya Kayera semakin lirih.

"Ki-kita mau kemana? Di usir?" tanya Kayera semakin lirih

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Sex On The Beach (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang