7. Menata Hati

32K 2.7K 55
                                    

      Sorenya saat Kayera dan Braza pulang, tantenya— Siska ada bersama anak gadisnya. Entah ada apa dia datang. Kayera malas bertemu dengan tante resenya itu.

"Udah pulang?" Siska cipika - cipiki dengan Kayera dan memeluk Braza sekilas.

"Duduk sini, tante sama Sinta mau ngobrol." katanya dengan riang dan bahagia.

Kayera mulai tidak enak, rasanya dia akan kembali menelan rasa sakit oleh ucapan Siska yang entah di sengaja atau tidak oleh tantenya itu.

"Kamu keduluan sama, Sinta." kata Siska di akhiri kekehan pelan."minggu depan dia di lamar, dateng ya, Yeri sama suaminya juga dateng." lanjutnya.

Tuhkan, Kayera merasakan cubitan kecil di hatinya.

"Oh mau nikah? Ga papa kok tan keduluan juga. Lagian, nikah itu bukan kompetisi, aku ga mau balapan hehe." candanya yang berhasil membuat Siska maupun Sinta terdiam sesaat.

Braza yang mendengar tersenyum tipis, balasan Kayera sungguh bagus untuk menampar Siska secara tidak langsung.

Kayera sangat tahu, Siska itu tipe orang yang tidak mau terkalahkan. Dia akan terus bersaing agar terus ada di atas.

Kemarin Yeri, anak dari kakaknya mimi Kayera yang menikahkan anaknya dan Siska pasti tidak mau kalah.

Kayera menghela nafas lega, merasa untung karena miminya tidak panasan, tidak gampang iri pada kehidupan orang lain, tidak ikut bersaing antar keluarga.

"Selamat ya, Sin. Nanti aku dateng deh." jawabnya ramah.

Sinta hanya tersenyum tipis.

"Harus dong." kata Siska.

Kayera bisa melihat, di sini yang bahagia hanya Siska. Anaknya terlihat murung malahan.

"Mimi mana?" tanya Kayera pada Rayel yang malas - malasan di samping sebrang.

Kayera tahu kalau Rayel malas sebenarnya meladeni Siska.

"Ada, lagi ke dapur." jawabnya acuh.

Mereka pun kembali berbincang, membahas semua dekorasi dengan Siska yang sibuk pamer harga - harga tentang persiapan itu.

Braza mengusap punggung Kayera sekilas."Ke atas dulu." bisiknya lalu mangut pada Siska dan Sinta sebagai kode pamit.

"Liat kamu sama Braza cocok banget, kamu udah cocok bawa gandengan." kata Siska.

Kayera tersenyum."Aku ga akan banyak ucap, tan. Aku kalau ada dan yakin pasti langsung sebar undangan karena do'a setiap manusia itu ga semuanya baik, ga ada yang tahu, baru pacaran langsung putus gara - gara do'a dari orang - orang iri yang terkabul." jawabnya dengan santai.

Rayel tersenyum bangga melirik adiknya yang savage di matanya itu.

Terus serang, dek. Jangan kalah.

🦋🦋🦋

Kayera menunduk, sekuat apapun dia, sekeren apapun dia dalam menjawab. Rasanya tetap saja agak sakit.

Kayera jadi mulai khawatir tentang masa depannya yang terasa suram kini.

Dia bagai berjalan di jalanan yang gelap, entah ada apa di depannya, seperti apa kehidupannya.

Pipinya pergi meninggalkan mimi karena selingkuh. Keduanya bercerai saat Kayera sedang mencari jati diri.

Tak lama anggota baru datang, membuat hidupnya terasa aneh dan rasanya semua berceceran tidak di tempatnya.

Kayera mencoba tetap di jalan yang baik, tidak terhasut pergaulan. Tapi semakin bertambah usia, rasanya Kayera lelah jadi baik.

Dia terlalu munafik karena merasa baik - baik saja, membalas orang yang jahat padanya hanya dengan senyuman tegar yang aslinya padahal rapuh dan terluka.

Kayera tersentak kaget saat wajahnya di bingkai tangan besar nan hangat, matanya sontak mendongkak.

"Ngapain? Di panggil dari tadi." kata Braza dengan suara yang lembut walau ekspresi datar tidak terbaca.

Kayera tidak menjawab, tatapannya terkunci di dalam tatapan mata indah milik Braza.

Dia pernah berbuat kesalahan dengan orang di depan matanya itu, kesalahan fatal.

Apakah orang bekas sepertinya masih layak mendapatkan cinta dan kasih sayang yang tulus dari lawan jenis yang akan menjadi jodohnya kelak?

Apakah jodohnya akan kecewa kalau dia bukan jadi yang pertama?

Kenapa hidupnya jadi rumit? Dia terjebak ke dalam kesalahan yang tidak bisa di perbaiki.

"Ayo makan malem." Braza memutuskan tatapannya seraya meraih jemari Kayera dan menuntunnya keluar kamar.

Kayera pasrah ikut, menuruni tangga dan duduk di kursi meja makan dengan semua anggota keluarga yang sudah kumpul.

Kayera melirik papih dan mimi yang berbincang, tertawa pelan seraya memberi perhatian - perhatian kecil.

Sungguh harmonis, dia tidak ingin menghancurkan kebahagiaan miminya hanya karena dia membuat kesalahan dengan Braza.

Dia dengan Braza memang di takdirkan untuk terus menjadi adik kakak.

Kayera harus semakin menguatkan hati, menerima semua perlakuan Braza dengan normal, seperti menganggapnya kakak yang perhatian pada adik. Tidak lebih.

 Tidak lebih

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Sex On The Beach (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang