13. Hamil?

43.7K 2.6K 34
                                    

        Braza melirik Kayera yang menyesap minuman sex on the beach dengan sedikit demi sedikit. Terlihat seperti larut dalam pikirannya sendiri.

Braza tersenyum sangat tipis, Kayera begitu manis nan cantik siang ini. Suasana resepsi semakin ramai.

Kayera tersentak saat jemarinya di genggam jemari besar nan hangat, dia menoleh kearah si empunya tangan.

Braza mengkode ke belakang tubuh Kayera, membuat Kayera mengernyit tidak paham.

"Kita ke altar."

Kayera melongo."Ha? Jangan gila!" di tarik tangannya dengan kaget.

Braza tersenyum tipis, pemikiran Kayera sungguh menggemaskan."Kita ke Sinta." jelasnya singkat.

Kayera mengerjap, dia mulai malu dengan pemikirannya sendiri. Dia pikir Braza mengajaknya menikah? Ha~ konyol memang pemikirannya.

Apa mungkin karena pengakuan Braza waktu itu?

Kayera semakin berantakan hatinya, namun tetap harus tegas dan tidak boleh goyah bahkan tidak boleh sampai jatuh cinta!

Kayera turun dari kursi tinggi itu dengan di sambut tuntunan oleh Braza.

Kayera melirik jemari yang bertaut itu dengan perasaan yang aneh, jantungnya kenapa bereaksi berlebihan!

Gandengan seperti saat ini itu sudah biasa! Dasar!

Kayera menekuk wajahnya namun tersentak pelan saat Braza mencolek hidungnya.

"Kado mana?"

"Ha?"

"Kado buat Sinta mana?" jelas Braza gemas namun tidak terekspresikan dengan baik.

Kayera mengerjap."Astaga! Di mobil." hebohnya dengan hendak berbalik namun Braza tahan.

"Tunggu di sini." Braza pun berlalu tanpa menunggu jawaban Kayera.

🦋🦋🦋

Kanya merangkul pinggang anak gadisnya."Ini Kayera dan Kay ini Baron, anaknya Meta, ituloh temen arisan mimi." jelasnya.

Kayera mengangguk dengan senyuman sopan, bau - baunya Kayera mencium sesuatu yang tidak beres.

"Hai, Baron."

Kayera menerima uluran tangan itu."Kayera." balasnya ramah.

Ziyep merangkul Kanya mesra dengan mengamati dua anak manusia yang baru berkenalan itu lalu melirik Braza yang diam.

"satu lagi, ini Braza, kakaknya Kayera dan ada satu lagi abangnya Kayera, namanya Rayel." jelas Kanya.

"Hai, kak." balas Baron dengan tidak seantusias saat berkenalan dengan Kayera.

"Kalian bisa saling kenal, siapa tahu jodoh." kikik Kanya seraya mencolek lengan Kayera menggodanya.

Candaan Kanya tidak menghibur Braza sama sekali. Wajah datar nan tampan itu terlihat suram.

"Sudah, kita pamit ke keluarga Siska lalu pulang." kata Ziyep dengan sekilas melirik Braza dengan senyum tipis nan misterius.

🦋🦋🦋

"Makasih ya udah dateng." Sinta memeluk erat Kayera.

Sinta ingin rasanya menjadi Kayera karena tidak terseret ucapan orang lain.

Sinta sebenarnya belum mau menikah, dia ingin membahagiakan diri sendiri dulu namun semua kini sudah terlambat.

Kayera merasa tumben dengan Sinta yang memeluk begitu erat."Bahagia terus ya, jadi suami istri sampai tua dan maut memisahkan." bisik Kayera yang entah sebelah mana sedihnya kini malah membuat Sinta terisak pelan.

Kayera paham, tanpa kata pun dia mengerti posisi Sinta.

Desakan para orang tua membuat Sinta memutuskan pilihan yang sulit.

"Aku pulang, semoga bahagia." Kayera melepas pelukannya, mengusap pipi Sinta lalu berlalu untuk bersalaman dengan pengantin pria dan berakhir pamit pada Siska.

"Cepet nyusul ya." kata Siska dengan wajah sombong yang menjengkelkan.

"Iyah, tante."

🦋🦋🦋

Kayera menepuk lengan Braza, mengkodenya untuk berhenti dan menepikan mobilnya.

Kayera membungkam mulutnya lalu bergegas menuruni mobil, semua kue dan makanan lainnya keluar.

Kayera tiba - tiba mual.

Braza bergegas turun, menghampiri Kayera dengan khawatir walau wajahnya terlihat masih saja datar.

Braza mengurut tengkuknya dengan perlahan, membuat Kayera semakin giat mengeluarkan isi perutnya.

"Emh, mual." setelahnya kembali muntah dengan di akhiri muntahan yang berisi air saja.

"Ha! Gila, apa masuk angin?" tanyanya parau dengan sesekali menyeka air mata dan ingus.

Braza yang mengusap punggung Kayera sontak berhenti saat pikirannya ke arah yang mendebarkan.

Apa mungkin?

Kayera menatap Braza yang melamun, dengan pelan di tepuk lengan namun masih diam lalu beralih ke pipinya.

"Kenapa?" Kayera mengurut keningnya sekilas saat rasa pening menyapa dan mual mulai kembali menyerang.

Braza membisu dengan tatapan menatap Kayera lekat. Apa iyah dan apa mungkin?

Braza memang tidak kepikiran soal bagaimana dia keluar saat itu, dia pun tidak kepikiran untuk memberi obat kontrasepsi.

Braza memang tidak kepikiran soal bagaimana dia keluar saat itu, dia pun tidak kepikiran untuk memberi obat kontrasepsi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Sex On The Beach (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang