16. Akibat Buah Naga

28.7K 2.5K 54
                                    

    Braza berjalan dengan wajah datar yang kini terlihat dingin, rasa kecewa, sedih dan marah begitu campur aduk. Braza sebenarnya tidak tega saat sekilas menatap Kayera yang menatapnya nanar.

Braza ingin rasanya selalu memeluk Kayera, menenangkan, meyakinkannya juga kalau semua akan baik - baik saja.

"Bang Rayel kemana?" lirih Kayera dengan suara bergetar, dia ingin mencari pegangan lain karena Braza sudah tidak mau.

Kayera terlihat ingin menangis namun di tahan, langkah kecil nan lemahnya melewati Braza yang mendadak terdiam itu.

Kayera mencoba tegar, dia mencoba sabar karena Braza manusia dan berhak marah apalagi perbuatan yang Kayera ingin lakukan bukanlah hal baik.

Kayera tersentak saat Braza meraih kepalanya lembut, mengecup sekilas lalu berlalu begitu saja.

Kayera menatapnya dengan air mata yang di biarkan jatuh, entah kenapa dia merasa kalau Braza memberi kode lewat tindakannya barusan.

Seolah Braza memberi tahu kalau dia tidak sendirian dan Braza masih peduli.

"Mau kemana?" suara serak, lirih dan bergetar menyapa telinga Braza.

Braza menghentikan langkahnya di unakan tangga lalu menoleh dan berbalik, menatap Kayera yang terisak pelan itu dengan lekat.

Kayera mendekat, seolah ada magnet yang menariknya. Di peluk Braza yang terdiam itu.

"Maaf hiks.."

Braza mengusap kepala Kayera, mengendus wanginya sekilas lalu melepas pelukan dan kembali melanjutkan langkahnya meninggalkan Kayera yang kembali terisak.

Braza benar - benar kecewa.

🦋🦋🦋

Braza melirik Kayera yang turun dari tangga dengan kedua mata yang sangat bengkak, pasti itu membuatnya tidak nyaman dan pening.

Seberapa lamakah Kayera menangis? Braza merasa bersalah namun dia tetap tidak bisa biasa saja saat kecewa masih mempengaruhi hatinya.

"Sarapan sama apa? Ke-kenapa mimi sama bang Rayel ga ada?" tanya Kayera dengan tatapan menunduk dan sendu.

Braza tidak menjawab, membuat Kayera menghela nafas berat setelah berhasil duduk di kursi meja makan.

Kayera melirik Braza yang sudah rapih dengan jas dan dasi, sepertinya Braza akan pergi kerja.

"Mau pergi ke ka-kantor?" tanya Kayera ragu dan kembali sedih.

"Hm." Braza begitu dingin, membuat Kayera ingin kembali menangis rasanya.

Kayera semakin stress rasanya, dia ingin teriak sekencang mungkin saking pengap beban yang menyesakan dada.

Kayera meraih roti dan beberapa buah namun saat mencium roti rasanya Kayera mual begitu hebat.

Kayera beranjak cepat bahkan kursi sampai terpental jatuh, membuat Braza tersentak kaget.

langkah Kayera terus berlari menuju toilet tamu yang ada di bawah.

Braza beranjak, mengikuti Kayera lalu menatap lekat Kayera yang muntah - muntah dengan sesekali terisak.

Braza mendekat, mengusap punggungnya dengan hangat walau masih tanpa kata.

Kayera menyeka mulut, membersihkannya lalu berbalik dan memeluk Braza dengan cepat.

"Aku harus gimana biar kamu ga marah? Aku takut hiks.." lirih Kayera dengan bergetar penuh beban.

Braza terdiam, semua rasa sedih, kecewa dan semacamnya menguap hilang begitu saja.

Mendengar suara putus asa dari Kayera membuatnya malah bersalah kini.

Braza mengecup lama puncak kepala Kayera, membalas pelukannya dengan erat nan hangat.

"Aku salah, harusnya jangan minta di gugurin." aku Kayera dengan tangis yang semakin deras.

Braza mengecup pipi basah Kayera, membelai kedua pipi itu lalu di cium kening Kayera lama setelahnya membungkuk untuk mengecup perut Kayera perdana.

🦋🦋🦋

Braza terlihat tidak fokus dengan berkas - berkas di depannya, semua pikiran di penuhi tentang Kayera.

Braza memutuskan mendial nomor Kayera namun tidak kunjung di angkat.

Braza terus berusaha, hingga panggilan ke 10 dia memutuskan meninggalkan kantor dengan panik.

Panggilan Bunga— asistennya bahkan tidak di hiraukan, katanya ada meeting pun tidak dia pikirkan.

Kayera dan anaknya yang kini menjadi fokusnya.

🦋🦋🦋

Braza mengatur nafasnya, kata pelayan ada di kamar semenjak Braza pergi ke kantor.

Kaki Braza terus terayun menuju kamar Kayera dengan tergesa, di bukanya pintu kamar dengan berdebar.

Braza menahan nafas, jantungnya bertalu begitu dahsyat tidak seperti biasanya.

Darah? Di atas kasur berselimut putih itu... Dan tangan Kayera yang penuh darah?

Braza mencari remot lampu di dinding dekat pintu dengan tangan gemetar, dia mencari warna netral dengan gemetar.

"Ha? Udah pulang?" suara serak khas bangun tidur menyapa Braza yang blank itu.

Kayera melirik tangan dan kasurnya."Astaga! Jus buah naga aku!" paniknya seraya turun dari ranjang.

"gawat! Basah ke kasur." hebohnya lagi dengan kesal.

Braza masih berdiri dengan tidak percaya, dia hampir jantungan tadi dan ternyata semua gara - gara tipuan warna lampu dan jus buah naga?

Braza menghampiri Kayera yang panik dengan keadaan kasurnya, dia tarik lengan Kayera dan langsung membingkai wajahnya.

Braza menatap wajah kaget Kayera lekat lalu dengan gemas dia kulum bibir Kayera dengan tergesa, seolah menyalurkan semua rasa yang Braza rasakan akibat buah naga itu.

Bisa Braza rasakan, betapa manis bekas buah naga di pipi dan bibir Kayera.

Bisa Braza rasakan, betapa manis bekas buah naga di pipi dan bibir Kayera

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Sex On The Beach (TAMAT)Where stories live. Discover now