9. Mulai Posesif

38.2K 2.7K 117
                                    

"Kaye kerja jadi asisten pribadimu, Za." kata Ziyep- papih Braza.

Braza mengangguk pelan."Iyah, pih." jawabnya singkat.

"Bukannya sudah ada Bunga yang jadi asisten." Ziyep menyesap rokoknya untuk yang terakhir lalu mematikannya.

Braza membisu, dia malas menjelaskan. Lebih tepatnya malas ngobrol dengan ayah kandungnya itu.

"Jangan aneh - aneh, papih selalu awasin." Ziyep membuka berkas terakhir yang di bawa Braza.

Braza masih betah diam, menatap bagaimana papihnya itu membubuhkan tanda tangan.

"Kenapa Kaye ga masuk?"

Braza mengambil berkas yang sudah di tanda tangani itu, memperiksa ulang takutnya ada yang terlewat.

"Papih suka kamu yang fokus, tapi tidak dengan mengabaikan orang tua!"

Barulah Braza mendongkak, menyudahi kegiatannya sejenak."Di mobil, tidur." jawabnya lalu kembali ke berkas.

Ziyep mangut - mangut, meraih rokok mahal kesukaannya lagi lalu menyalakannya dengan tenang sembari menatap anaknya lekat.

"Ga akan lama, tunggu sampe waktunya, baru bertingkah."

Braza melirik Ziyep lalu mengangguk pelan.

🦋🦋🦋

"Sini, biar aku bawa, Za." kata Kayera sembari mengambil alih berkas di gendongannya."akukan asisten kamu." cengengesnya.

Braza mengusap pipi Kayera sekilas lalu masuk ke dalam mobil, di ikuti Kayera.

"Berat juga." gumam Kayera sembari menyimpan berkas itu ke jok belakang.

Braza meraih jemari Kayera yang memerah bekas membawa berkas tadi."Bawa berkas bukan tugas kamu." setelah itu dia menyalakan mesin mobil.

Kayera mengulum senyum, Braza selalu saja perhatian. Padahal bukan luka serius.

Sadar Kayera! Dia ga bisa jadi suami kamu!

"Oh Iyah! Dapet kabar dari Yeri kalau adik suaminya mau turnamen basket, kamu suka basket, mau nonton ga?"

Braza diam sejenak, menimang jawaban karena jujur saja kalau jadwalnya padat, tidak seleluasa saat magang.

"Kapan?" Braza bertanya dengan masih fokus pada jalanan.

"Besok, jam mainnya jam 12 katanya." jawabnya seraya mengotak - atik ponsel.

Braza jelas tidak bisa sebenarnya."Nontonnya di podium?" tanyanya.

"Engga, kayak nonton di pinggir lapangan. Ga tahu deh kenapa tempatnya di lapangan yang ga mewah." jelasnya dengan masih fokus pada ponsel.

"Kamu mau?"

Kayera mendongkak, menatap Braza sekilas seraya mengangguk."Iyah, soalnya Yeri minta anter." jawabnya lalu kembali fokus pada ponsel.

Braza diam, dia akan mengatur waktunya. Kesempatan bermain dengan Kayera jelas tidak akan dia lewatkan, apalagi nonton basket.

Kayera mendongkak saat Braza hanya diam."Mau ikut ga?" tanyanya dengan terus menatap Braza.

"Hm."

"Bagus!"

🦋🦋🦋

Besoknya...

Braza terlihat buru - buru, Braza bahkan hendak memakai kaosnya di mobil, Kayera sontak memalingkan wajahnya saat Braza melepas kemeja.

"Maaf telat, ada meeting." Jelas Braza dengan masih mengganti pakaiannya.

Braza melirik Kayera lalu berakhir pada sopir."Pak, jangan bilang ke papih. Jalan." perintahnya.

Sang sopir menjawab lalu mulai menjalankan mobil dengan kecepatan sedang.

"Kenapa papih ga boleh tahu?" Kayera kembali menatap Braza walau Braza belum berpakaian.

Braza meraih kaos, memakainya secepat kilat.

"Kok ga di jawab?" Kayera menatap Braza agak jengkel.

Braza hanya melirik Kayera lalu melepaskan ikat pinggang tanpa peduli Kayera yang menatapnya.

Braza menatap Kayera lalu menyuruhnya mendekat menggunakan kode tangan."Kamu keliatan mesum, Kay." bisiknya.

Kayera melotot lalu memalingkan wajahnya saat sadar kalau Braza sudah melepas setengah celananya.

Kayera meringis tanpa suara, matanya terpejam sesaat. Dia malu, kenapa juga dia melamun dengan posisi mata menatap Braza yang hampir-

"Punya kamu kok, ga papa, liat aja." bisik Braza dengan senyum usil walau tipis.

Kayera malah menekuk wajahnya kesal, lebih tepatnya kesal pada jantung yang tidak karuan.

🦋🦋🦋

Kayera dan Yeri sibuk bersorak layaknya semua penonton yang hadir memenuhi lapangan yang tidak terlalu luas.

"Nih, pegang." kata Yeri sembari memberikan poster untuk adik dari suaminya.

Braza melirik keduanya yang asyik sendiri, mungkin di antara para penonton, yang paling kalem itu hanya dirinya seorang.

Braza melirik laki - laki yang rasanya terus mepet pada Kayera, Braza melirik tangan laki - laki yang hendak terulur ke arah bokong Kayera itu dengan tajam.

Kayera tersentak kaget saat Braza melilitkan tangannya di perut dan menariknya mundur.

"Eh eh, kenapa?" Kayera kebingungan dengan terus melangkah mundur.

"Di sini nontonnya."Jawab Braza dengan posisi tidak berubah, Kayera di depan Braza dengan sebelah tangan melilit di perutnya.

Posisinya membuat Kayera panas dan juga membuatnya tidak bisa berjingkrak - jingkrak.

"Kenapa?" Yeri menghampiri.

"Ha? Ga tahu." Kayera kembali melirik Braza yang datar - datar saja itu.

" Kayera kembali melirik Braza yang datar - datar saja itu

ओह! यह छवि हमारे सामग्री दिशानिर्देशों का पालन नहीं करती है। प्रकाशन जारी रखने के लिए, कृपया इसे हटा दें या कोई भिन्न छवि अपलोड करें।


Sex On The Beach (TAMAT)जहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें