29. Keluarga Bramana

184 21 1
                                    

Selamat membaca, dan jangan lupa vote!

❄________________________❄
💙__________________💙
❄____________❄
😻

.

Disebuah rumah bergaya modern terparkir beberapa mobil mewah di depannya, rumah yang bisanya sepi itu kini terlihat ramai. Para pelayan sibuk berlalu lalang untuk menyambut beberapa tamu yang hadir. Bahkan untuk hari ini saja mereka mendatangkan koki terbaik dari Eropa, hanya untuk makan malam keluarga. Tidak heran, ini sudah menjadi pertemuan rutin yang diadakan oleh si pemilik rumah, Elliot Bramana. Meski ia hanya mengundang anak-anaknya saja, tanpa ketiga mantan istrinya.

Sebuah lamborgini berwarna kuning ikut terparkir bersama dua mobil mewah lainnya. Sang pemilik, merupakan salah satu orang yang menyandang nama Baramana dibelakang namanya. Dengan gaya angkuh gadis itu keluar dari mobilnya dan memasuki rumah yang sudah dibuka oleh dua pelayan di kanan dan kirinya. Para pelayan mulai menyambutnya dengan ramah, gadis itu hanya menanggapinya dengan singkat tanpa berniat untuk terlihat ramah. Sampai sebuah tangan kekar merangkul pundaknya.

"Baru datang adik kecil?" seorang pria dengan kaos putih dan jas hitam yang ia kenakan tersenyum ramah pada gadis itu.

"Singkirin tangan lo, gue bukan adik kecil lo Bhanu!" balas gadis benama Melinda itu kesal. Tangan pria bernama Bhanu itu ia singkirkan dari pundaknya dengan kasar.

"Sensi amat lo, lagi pemes?"

Melinda memutar matanya jengah. "Gimana gak sensi udah beberapa hari ini gue lembur gara-gara nangani kasus lo. Bisa gak sih lo nanganin kasus lo sendiri? Minimal jangan libatin gue!"

"Ya gimana, gue cuma manfaatin adik gue yang kebetulan seorang Pengacara. Lagian apa salahnya sih bantu kakak lo sendiri?" balas pria itu santai. Mendengar Bhanu menyebut dirinya seorang kakak saja sudah benar-benar membuat Melinda kesal.

"Kakak? Lo anggep diri lo kakak waktu ada butuhnya aja. Udah lah ini terakhir kalinya gue bantu lo, gak ada lain kali lagi." Melinda langsung pergi meninggalkan Bhanu.

"Melinda tunggu!" pinta Bhanu yang ikut menyusul Melinda.

Begitu gadis itu sampai di ruang keluarga, seorang Pria dengan turtle neck dan jas maroon menarik perhatiannya.

"Kak Arthur udah datang?" tanya Melinda pada pria yang tengah duduk di sofa. Dia menghampiri Arthur yang masih santai menyesap teh.

"Gimana kabar lo? Gue dengar lo jadi pengacaranya Sony Wijaya?"

Bhanu yang baru sampai ikut nimbrung dengan pimbacaraan kakak dan adiknya ini. "Sony Wijaya yang korupsi 50 milyar dari dana rekonstruksi jalan tol dan bandara itu?" Pria itu menoleh pada Melinda. "Beneran Mel?"

Melinda yang ditanyai itu hanya bisa diam, dia tahu kearah mana pembicaraan pria yang 3 tahun lebih tua ini. Padahal dia baru saja bertemu dengan Arthur tapi pria ini sudah mencari gara-gara padanya.

Arthur tersenyum sinis begitu melihat reksi adik beda ibunya itu. "Lo tetap aja bela orang yang salah, apa kali ini dia juga bayar lo mahal seperti klien-klien lo yang lain?" tanya Arthur, tapi Melinda tetap tidak menjawab. "Lo salah satu keluarga Bramana Mel, jangan buat nama keluarga tercemar gara-gara keserakahan Mama lo yang gila harta itu."

Melinda benar-benar ingin tertawa, tidak ingatkah dia jika mamanya juga meminta uang perceraian ratusan milyar pada Ayahnya?

"Serakah? Ngomong-ngomong soal serakah kayaknya kak Arthur perlu kaca deh. Memang siapa yang masih kekeh untuk rebut posisinya kak Aaron sebagai Presdir Asta Group? Belum puas kak Arthur jadi Direktur di Bramana Hospital sampai pengen ngerebut milik orang lain?" balas Melinda tak kalah pedas.

SCANDAL PROTECTIONWo Geschichten leben. Entdecke jetzt