23. Pertemuan Tak Terduga

153 16 0
                                    

Selamat membaca, dan jangan lupa vote!

❄________________________❄
💙__________________💙
❄____________❄
😻

.

"What?!... Oke gue kesana!"

Wajah Lea begitu pucat setelah menerima panggilan dari Sarah. Begitu pembayaran selesai, dengan cepat ia menerima kartu dan kantung belanjaannya.

"Kita harus ke rumah sakit sekarang!" putus Lea dengan terburu-buru.

Ia menarik tangan Javin untuk ikut dengannya, namun remaja itu menahannya agar Lea berhenti. "Iya tapi kenapa? Tenang dulu kak!" pintanya.

"Jane!"

Satu nama itu berhasil membuat Javin tersentak, tanpa menunggu lama ia menggenggam tangan Lea dan berjalan menuju pintu keluar. Tapi mereka langsung di hadang oleh Aaron dan Felix, yang dari tadi sudah memperhatikan mereka dari jauh. Aaron merasa ada yang tidak beres terlebih wajah Lea yang terlihat panik sekarang.

"Ada apa? Kenapa kalian terburu-buru?" tanya Aaron.

"Maaf tapi kita gak punya waktu untuk jelasin," jawab Javin dengan cepat.

Disampingnya, Lea tiba-tiba mengerang kesal. "Oh sial! Gue lupa tadi ke sini gak bawa mobil lagi! Bodoh...bodoh!" gadis itu memukul-mukul kepalanya asal. Tangan Aaron secara refleks terulur demi menghentikan Lea.

Tangan kiri Aaron yang bebas, mulai mengusap lengan gadis itu dengan lembut. "Lea calm down! Saya bisa antar kalian, kalian ingin pergi kemana?" tanya Aaron.

Tanpa menjawab keduanya hanya saling menatap, mereka terlihat ragu untuk menerima tawaran pria itu. Pasalnya Lea juga tidak mau membuat Jane bertemu dengan Aaron, meski ia adalah Ayah dari bayi yang dikandung sahabatnya. Bukan karena ia cemburu, bukan! Tapi Lea fikir Jane belum siap bertemu dengan pria yang sudah merusak hidupnya ini.

"Kebetulan Sekretaris saya bisa menyetir dengan cepat! Kalian tidak akan terlambat, saya juga bisa menjamin kalian bisa sampai dengan selamat," sambungnya membujuk. Dia juga tidak ingin membiarkan Lea merasa kalut sendiri. Telebih jika harus berduaan dengan Javin, dia tidak bisa membiarkan itu.

"Benar, dari pada kalian cari taxi dulu lebih baik kita antar!" ujar Felix ikut membujuk.

Selang beberapa detik, dengan mata terpejam Lea menjawab. "Baik bisa antar kita ke Rumah Sakit?"

Aaron langsung mengangguk, "ikut saya!" Dia sebenarnya penasaran untuk apa mereka ke rumah sakit. Tapi Aaron menahan rasa penasarannya, ini bukan waktu yang tepat, fikirnya.

Mereka pun menuju tempat parkir bersama, dengan tangan Aaron benar-benar tak lepas dari Lea. Bahkan ia tidak membiarkan Javin untuk duduk di sebelah gadis itu, setelah membukakan pintu untuk Lea dia dengan cepat masuk di kursi belakang yang sudah dibuka Javin. Ini membuat remaja itu sedikit menggeram kesal, dengan terpaksa ia duduk di samping Felix yang sudah siap di kursi kemudi.

Di siang hari yang terik mobil Audi hitam itu melaju dengan kecepatan tinggi, membelah jalanan yang cukup ramai. Felix benar-benar berusaha secepat dan sehati-hati mungkin, saat melewati beberapa kendaraan lainnya dengan cekatan. Ia tidak mau menyelakai adik ipar, bos, dan bahkan gadis yang disukai bosnya ini. Sementara itu di kursi belakang Aaron kembali menatap Lea dengan tatapan khawatir, gadis itu benar-benar terlihat kacau.

"Saya gak tahu siapa yang anda khawatirkan, tapi anda perlu bernafas Lea!" pintanya selembut mungkin.

Lea menuruti Aaron ia mencoba menghirup oksigen sebanyak yang ia bisa, lalu menghembuskannya pelan. Dia melakukannya beberapa kali dengan di tuntun oleh Aaron, gadis itu memang kesulutan bernafas sejak menerima kabar dari Sarah tadi. Bahkan sekarang tangannya mulai gemetar. Pria bermata gelap itu kembali menggenggam kedua tangan Lea, tangan gadis itu terlihat mungil di tangannya yang besar.

SCANDAL PROTECTIONWhere stories live. Discover now