2. Ketemu!

422 39 1
                                    

Selamat membaca, dan jangan lupa vote!

❄________________________❄
💙__________________💙
❄____________❄
😻

.

Mobil Lea terparkir dengan sempurna di halaman rumah yang terlihat sederhana. Dia mengamati rumah itu, mencoba mencari tanda-tanda kehidupan di sana, terlihat sepi. Menurut ingatannya yang tajam, rumah di depannya ini milik mendiang nenek Jane. Lea pernah sekali kemari bersama Jane dulu, dan karena 2 tahun yang lalu neneknya meninggal maka rumah ini harusnya tidak berpenghuni seperti yang dikatakan Jane.

Tempat yang sempurna untuk bersembunyi, dan hanya dia yang tahu.

Terlebih untuk sampai kesini dia harus menyetir selama 3 jam. Tubuh Lea begitu kaku karena harus menyetir sendiri. Dia mencoba merenggangkan ototnya sebelum keluar dan mencari tahu keberadaan sahabatnya. Tapi sebelum dia keluar untuk bertanya pada orang sekitar, tiba-tiba sesosok gadis yang memakai piyama dengan rambutnya yang di kuncir asal keluar dari rumah bercat putih itu.

Ketemu!!

Lea langsung keluar dari mobilnya, dan menghampiri gadis yang tengah sibuk mengambil jemuran.

"Udah gue duga lo pasti di sini!"

"Astaga!" seru Jane terkejut, beruntung jemuran yang sudah penuh di tangannya tidak terlepas.

"Gak perlu kaget gitu, ini gue!" balas Lea santai. Tapi sepertinya Jane tidak bisa sesantai Lea, dia celingak-celinguk di sekitar seakan waspada jika sahabatnya itu tidak datang sendiri.

"Ayo masuk!" pinta Jane cepat, sementara Lea berjalan di belakangnya dengan santai.

Begitu mereka sudah benar-benar masuk Jane cepat-cepat menutup pintu, jendela dan gorden. Seakan dia tidak ingin membiarkan cahaya luar masuk ke rumahnya.

"Gue kesini sendirian kok" kata Lea sembari berjalan menuju kursi ruang tamu, dan duduk di salah satu kursi kayu di sana.

"Gue buatin minum dulu ya," pamit Jane sambil berlalu pergi.

Saat dia melewati Lea, gadis itu menahan tangan Jane sebentar. Ia menatap perut Jane lekat, meski terlihat samar tapi tonjolan di perutnya sudah mulai terlihat. Jane yang sadar perutnya di perhatikan, langsung memegang perutnya seakan ingin menyembunyikan perutnya itu.

Lea tersenyum, ia mengelus perut Jane dan berkata. "Halo calon keponakan aunty."

Sontak Jane langsung terkejut. Lea yang tahu keterkejutan sahabatnya ini mulai menjelaskan.

"Gue udah tahu lo hamil, Lingga yang kasih tahu gue dan lo tenang aja Lingga gak ngikutin gue kok."

"Bagaimana lo bisa yakin Lea, lo gak tahu Lingga bisa aja ngasih lo pelacak buat nyari tahu tempat ini!"

Jane terlihat gusar, pasalnya dia sangat mengenal Lingga dan tim Scantion. Mereka memiliki peralatan canggih, hacker, dan bodyguard yang sebenarnya bisa saja dengan mudah menemukannya disini. Bisa bertahan seminggu di sini tanpa ketahuan oleh mereka saja Jane sudah sangat bersyukur.

Lea merogoh saku celananya, "maksud lo ini?" dia menunjukkan sebuah alat kecil di tangannya yang diyakini Jane adalah sebuah pelacak.

"Tenang udah gue matiin kok, paling sekarang mereka lagi pusing nyari gue!" ujar Lea santai.

Beruntung sebelum pergi, Sarah orang yang baru saja dia rekrut untuk bergabung dengan Scantion memberitahunya. Jika Lingga memasang pelacak pada mobil dan handphonenya, karena itulah mau tidak mau dia harus membuang handphonenya. Lea tidak masalah melakukan itu, karena dia bisa membeli handphone baru lagi.

SCANDAL PROTECTIONWhere stories live. Discover now