25. Teror

141 17 0
                                    

🎵 Backsound 🎵

Itzy - In The Morning

~~~

Selamat membaca, dan jangan lupa vote!

❄________________________❄
💙__________________💙
❄____________❄
😻

.

Aaron masuk ke kantor di jam kerja seperti biasanya. Setelah keluar dari mobilnya dengan gagah ia berjalan memasuki lobby kantor. Anehnya lobby kantor yang biasanya begitu ramai dengan karyawan yang berdatangan, kini terlihat sepi. Aaron melirik jam tangannya, sudah pukul 09.00 apa semua karyawannya punya rencana untuk terlambat bersama? Jika ia maka Aaron tidak akan segan untuk memecat mereka semua. Karena di luar sana masih banyak orang yang ingin masuk ke perusahaannya.

Tanpa ambil pusing Aaron langsung memasuki lift dan menekan tombol 100, tempat dimana hanya ada ruangan Presdir disana. Sebelum masuk ke ruangannya, Felix sudah menunggu di meja kerjanya yang ada di depan. Biasanya pria berkaca mata itu akan memberi tahu jadwalnya untuk hari ini, atau melaporkan beberapa pekerjaan yang harus ia tanda tangani. Tapi untuk hari ini dia tidak melakukan itu, Felix bahkan terlihat gelisah berdiri disamping Aaron yang sudah duduk di kursinya saat ini.

Aaron yang menyadari itu dan mulai bertanya. "Ada apa Felix kamu kelihatan gelisah?"

"Presdir apa anda sudah melihat Cafetaria kita?" tanya Felix.

"Belum, ada apa?"

Felix pun menyodorkan handphone miliknya pada Aaron. Disana terlihat sebuah tembok salah satu sudut kafetaria milik Asta Group sudah di corat-coret dengan pilok. Tidak hanya itu di sana juga tertulis beberapa hinaan yang di tujukan padanya. Felix menatap Aaron was-was, menunggu reaksi seperti apa yang dibuat Presdirnya.

"Dilihat dari fotomu sepertinya semua karyawan menonton tulisan itu. Pantas tadi pagi lobby sepi," komen Aaron dengan santai.

"Presdir apa anda akan diam aja? Ini sudah yang kesekian kali anda mendapat teror. Sekarang peneror itu justru semakin berani menghina anda di depan para karyawan." Felix sedikit menaikkan suaranya, ia sedikit frustasi.

"Memang saya harus melakukan apa, toh saya sudah tahu siapa yang melakukan ini."

"Terus kenapa anda gak lapor polisi?" Tanya Felix heran.

Aaron menyandarkan tubuhnya. "Malas, saya gak mau masalah kecil seperti ini sampai melibatkan polisi"

"Tapi Presdir-"

"Felix percaya sama saya, saya bisa mengurus ini semua," potong Aaron.

Ya dia memang tidak memusingkan coretan yang ada di Cafetaria kantornya, karena baginya teror dan hinaan seperti ini adalah hal biasa yang ia terima selama menjabat sebagai CEO Asta Group. Terlebih dia sudah tahu siapa orang melakukan ini. Saudara tirinya itu memang dari dulu tidak terima, jika Elliot menjadikannya sebagai presdir. Mungkin dia lupa jika Aaron bukan pria lemah yang akan gemetar ketakutan hanya karena ancaman sialan ini.

"Oke Presdir mungkin bisa mengurus ini, tapi bagaimana dengan para karyawan? Seluruh karyawan tengah membicarakan presdir. Mereka juga ikut merasa khawatir dengan teror ini," ujar Felix.

"Kalau gitu buat semua karyawan berhenti membicarakan ini!"

"Dengan cara?"

Aaron menormalkan duduknya, tidak lagi bersandar pada sandaran kursi. "Apa kamu sudah mengatur liburan karyawan untuk tahun ini?"

SCANDAL PROTECTIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang