Di mana janji Al yang katanya akan setia kepada Rexi dan akan menikahi Rexi dengan setulus hati?

Apakah Al memiliki kesukaan untuk terlalu mudah mengucapkan janji manis dan diakhiri dengan kebohongan yang menyakitkan?

Rexi menggelengkan kepalanya dengan pelan dan tak percaya.

Ingin sekali wanita itu menangis meraung-raung di sana, tetapi hal yang bisa dia lakukan hanya bisa menutup mulutnya dengan menggunakan tangan kanannya.

Benar sekali, janji Al hanya sebuah janji dan menjadi angin lalu setelah diucapkan.

"Enggak! Lo pasti bisa, Rex. Jangan sakit hati dan jangan menangis cuma karena hal ini!" batin Rexi menenangkan dirinya sendiri.

Rexi menelan ludahnya dengan susah. Dia mengumpulkan niatnya dengan dalam, lalu berjalan untuk menghampiri Al.

"Al ..." panggil Rexi lirih.

"Rexi?!" pekik Al kaget.

Refleks Al mendorong Renata dengan begitu kencang saat melihat keberadaan Rexi di sana.

Diam-diam Renata yang didorong oleh Al, dia tersenyum menang.

"Lo ngapain di sini?!" tanya Al yang masih tak bisa mengontrol kepanikannya.

"..."

Bukannya menjawab, Rexi malah memberikan senyuman kecil ke arah Al. Lebih tepatnya, senyuman kekecewaan.

"Lo-"

"Di saat gue lagi mati-matian buat mikirin banyak solusi. Gue yang mati-matian buat mikirin lo, teryata lo lagi enak-enak di sini bareng Renata, Deian dan Kiara?!" potong Rexi.

Rexi sekilas melirik Kiara dengan tatapan yang begitu sinis.

"Rex-"

"Di saat Lo mohon-mohon sama gue dan minta terus sama lo. Ternyata semua kata-kata lo itu cuma bullshit, yah!" potong Rexi cepat tanpa perduli dengan Kiara yang ingin berbicara.

Rexi menatap Al dengan kedua mata yang berkaca-kaca.

"Lo emang pecundang, Al! Lo emang pecundang! Munafik lo!" teriak Rexi emosi.

"Rex, gue-"

"Selamat buat double date kalian berdua, yah," ucap Rexi datar.

Rexi terkekeh sinis, lalu langsung berjalan keluar dari bar itu tanpa mengucap sepatah kata apapun.

"Rex!"

Baru saja Al ingin mengejar Rexi, tetapi Renata buru-buru menahan tangan Al dengan cepat.

"Jangan kejar dia!" kata Renata melarang.

Al menepis tangan Renata dengan kasar, membuat wanita berambut blonde itu sedikit meringis.

Al menatap Renata dengan tatapan matanya yang begitu tajam.

"Lo cuma mainan gue aja. Jadi, tolong jangan bermain lebih jauh, jalang. Oke?" ujar Al dengan dingin.

Al mendorong Renata dengan kasar, lalu berlari keluar dari bar untuk mengikuti Rexi.

"Sial!" gumam Renata kesal.

***

"Rex! Lo di mana?!"

Al berteriak seperti orang gila.

"Ah sial! Fuck! Kenapa gue malah nambah masalah lagi sama Rexi, sih?!" kesal Al pada dirinya sendiri.

Al mengitari pandangannya untuk mencari Rexi.

Seketika dia memicingkan kedua matanya saat dia melihat sebuah bayangan yang tak jauh dari posisinya.

"Rexi!"

Rexi, si pemilik bayangan, langsung menoleh dengan cepat.

Kedua bola mata Rexi membulat dengan lebar.

"Enggak! Gue enggak mau sama Al!" seru Rexi kaget.

Rexi berlari dengan cepat untuk menghindari Al, Al pastinya mengejar wanita itu.

Saat tenaga Rexi yang lemah saling berlomba dengan tenaga Al, pastinya Al yang menjadi pemenangnya.

Pria itu dengan cepat menarik pergelangan tangan Rexi hingga membuat wanita itu hampir terjatuh kalau saja Al tak menahannya.

"Gak! Hiks! Hiks! Lepasin gue, Anjing!"

Rexi memberontak agar dia lepas dari Al.

"DIAM!"

Seketika Rexi terdiam saat Al mengerahkan seluruh tenaganya untuk berteriak.

"Yang lo lihat itu cuma salah paham doang, Rex. Gue sama Renata-"

"Salah paham?" potong Rexi.

"Lo bilang salah paham?! Bullshit Al! Bullshit!" sinis Rexi.

"Rex! Dengarin dulu penjelasan gue! Renata itu cuma-"

"Gue udah mutusin kalau gue yang bakalan besarin anak ini sendiri!" potong Rexi dengan cepat.

"Ha?! A ... Anak?!" tanya Al kaget.

Rexi terkekeh kecewa.

"Gue enggak tahu ini benar atau enggak. Gue enggak tahu kenapa testpack itu dengan cepat tahu kalau gue ternyata hamil. Tapi, mau gue hamil atau enggak, anak ini akan jadi anak gue sepenuhnya. Dan lo, lo enggak akan ada hak untuk meng-klaim kalau anak ini adalah anak lo," ujar Rexi emosi.

Rexi mengangkat testpack itu dan menunjukkannya di depan mata Al.

Al menatap alat tes kehamilan itu dengan seksama, detik berikutnya dia langsung speechless saat melihat ada garis dua pada alat tes kehamilan itu.

"Gue hamil anak lo," ujar Rexi.

Al mengangkat pandangannya dengan tatapan yang begitu lemah. Dia menatap Rexi dengan tatapan yang masih kaget dan tak percaya.

Rexi tersenyum sinis.

"Awalnya, gue mau jadi orang bodoh buat terima kekurangan lo usai berlaku berengsek sama gue. Tapi, melihat kedekatan lo sama Renata tadi di bar, hal itu bikin gue berbalik arah," ujar Rexi.

"Gue bakalan besarin anak ini sendiri dan enggak butuh sosok orang kayak lo. Anak gue enggak butuh sosok papa berengsek kayak lo!" sinis Rexi.

"..."

***

- To Be Continued -

***

My BrotherWhere stories live. Discover now