Bonus Chapter 9: Cemburu

17.1K 1.7K 311
                                    

Halo bestieee, aku kembali lagi dengan bonchap Teman Hidup. Jangan lupa tinggalkan komentar dan juga vote kalau kalian menyukai cerita ini ya


❤Selamat Membaca❤


Esa baru saja selesai menggantikan pakaian Jenjen ketika Nayata tiba di penginapan. Keduanya sempat bertukar pandangan namun hanya sepersekian detik saja karena Esa lebih dulu memalingkan wajah sembari berjalan ke arah kamar kedua, tempat di mana Jenjen tidur.

Baru saja Nayata hendak menyusul, suara sang suami membuat langkahnya terhenti mendengar kalimat yang diucapkan begitu datar. "Biar aku aja yang nidurin Aa. Kamu makan siang dulu sana, aku udah pesen makanan."

Nayata tak membantah walaupun sebenarnya ia ingin segera mengkonfirmasi semuanya. Dari nada bicaranya saja Naya paham kalau Esa dalam kondisi mood yang buruk dan ia tahu penyebabnya.

Sembari menunggu Esa selesai menidurkan putra mereka, Nayata menunggu di meja makan dengan harap-harap cemas. Ia bahkan tak sempat mempunyai rasa lapar walaupun sudah lewat dari jam makan siang.

Yang ingin Nayata lakukan sekarang adalah segera mengkonfirmasi semuanya kepada Esa serta meminta maaf atas kelalaiannya menjaga putra mereka.

Tak berselang lama dari sana, pintu kamar terbuka secara perlahan dan menampilkan sosok Esa— sepertinya Jenjen sudah tidur. Melihat hal itu Nayata segera menegakkan posisi duduknya sembari menatap ke arah sang suami.

Sama sekali tak ada pembicaraan yang terjadi, keduanya kini duduk berhadapan di meja makan sembari menyantap makan siang yang sudah Esa pesan.

Berbeda dengan Esa yang makan seperti biasa, Nayata sama sekali tak menyentuh makanannya. Pandangan mata pria itu gusar dengan tangan di bawah meja yang sesekali meremas celananya sendiri.

"Kamu ga suka menunya?"

"Eh? Suka kok Mas."

"Kenapa gak dimakan?"

Kembali terjadi keheningan setelahnya karena Nayata tak menjawab pertanyaan itu. Si manis sibuk memantapkan diri untuk segera bicara sampai akhirnya ia berani berucap, "Mas, soal yang tadi..."

"Makan dulu aja. Soal itu kita bahas nanti habis makan. Gak enak kalau bahas begitu pas lagi makan."

Nayata akhirnya mengangguk sebagai jawaban kemudian mulai menyantap makanan dengan sedikit terpaksa karena nafsu makannya memang sudah hilang.

Setelah makan siang, sekali lagi Nayata mencoba bicara kepada Esa namun sayangnya Esa sudah lebih dulu disibukkan dengan pekerjaan. Entah apa yang suaminya lakukan tetapi yang jelas Esa menelfon seseorang sembari mengerjakan sesuatu di laptop.

Karena terlihat agak sibuk, lagi-lagi Nayata mengurungkan niatnya. Ia akhirnya memilih menuju kamar Jenjen untuk mengecek keadaan putranya.

Nayata bersimpuh, duduk di lantai tepi ranjang sembari memandangi wajah lelap Jenjen. Dengan perlahan tangannya mengusap rambut hitam lebatnya, menyisirnya ke belakang kemudian ditutup dengan kecupan lembut di kening.

"Aa maafin Buna, ya? tadi Buna ga fokus jagain Aa," bisiknya begitu lirih penuh rasa bersalah.

Jenjen sempat bergerak gusar dalam tidurnya kemudian Nayata segera menepuk-nepuk pelan dada putranya hingga kembali terlelap barulah setelah itu ia melangkah ke kamar utama untuk beristirahat sembari menunggu Esa selesai. Saking lamanya menunggu, ia mulai diliputi rasa kantuk yang perlahan membawanya ke dalam alam mimpi.

TEMAN HIDUP | NOMINWhere stories live. Discover now