Bonus Chapter: 7. Paus dan Hiu

18.7K 1.8K 166
                                    

Halo bestieee, aku kembali lagi dengan bonchap Teman Hidup. Jangan lupa tinggalkan komentar dan juga vote kalau kalian menyukai cerita ini ya.


❤Selamat Membaca❤


Begitu sampai di Bandara Ngurah Rai, keluarga kecil Mahesa langsung dijemput oleh pihak transportasi yang memang sudah dipesan oleh Esa. Sebenarnya pihak penyelenggara sudah menyediakan transportasi, tapi Esa ingin keluarganya lebih nyaman selama perjalanan ke resort, jadi ia memilih mengeluarkan uang pribadi untuk kendaraan yang lebih baik, apalagi mereka membawa Jenjen yang notabenenya baru pertama bepergian Jauh.

Sedari turun dari pesawat, Jenjen sama sekali tidak mau lepas dari Bunanya. Alhasil Jenjen digendong oleh Nayata sedangkan Esa membawa semua barang mereka. Tadi saat pertama mendarat, Jenjen sebenarnya masih tidur, jadi sewaktu dibangunkan secara mendadak, anak itu jadi sedikit rewel dan terus merengek, ditambah lagi cuaca Bali yang cukup panas.

Hal itu terus berlanjut hingga Nayata mencoba menaruh Jenjen di carseat khusus balita untuk keamanan putranya, tetapi Jenjen langsung memberontak dan mengatakan bahwa ia tidak ingin duduk di sana.

"Nda mau duduk di sini! Aa mau sama Buna!" tolaknya.

"Aa duduk di sini dulu, ya? Nanti kalau udah sampai lokasi, Aa digendong lagi sama Buna?" Esa mencoba membujuk putranya secara baik-baik.

"Nda mau! Mau Buna! Aaaaa mau buna!!" Ia mulai merengek dengan keras, sambil mengulurkan tangan ke arah Nayata, meminta segera digendong.

Ini sebenarnya salah satu kenyataan dalam dunia parenting. Mau bagaimanapun kita menguasai materi atau paham akan parenting, tetapi terkadang ilmu yang dimiliki sulit diterapkan pada anak. Apalagi dengan kondisi mood anak yang kurang baik. Maka dari itu Esa mencoba memaklumi dengan menuruti Jenjen, toh lagi pula selama ini Jenjen mau-mau saja duduk di carseat, saat ini mungkin bocah itu tengah merasa kurang nyaman sehingga menolak duduk di sana.

"Yaudah sini, Aa sama Buna," Nayata akhirnya menggendong putranya lagi. Ia menepuk-nepuk punggung Jenjen secara perlahan, mencoba menenangkan putranya itu.

"Kamu gapapa? Jenjen duduk sama aku deh, kamu pegel nanti kalau mangku dia."

"Gapapa Mas, yuk ah masuk. Biar bisa langsung ke resort. Kayaknya Aa butuh istirahat lagi."

Akhirnya baby car seat tadi dilepas dan kini Jenjen dipangku oleh Bunanya. Bocah itu dengan nyaman mengusal di dada Nayata kemudian kembali terlelap hanya dalam waktu singkat.

"Sekalinya posesif malah nempel mulu, ya?" Nayata merapikan poni putranya yang sudah mulai panjang sampai area mata. Ia juga mengelap bulir keringat di pelipis Jenjen.

"Baru berangkat aja dramanya udah banyak banget. Jangan-jangan nanti pas di sini ga mau balik." Esa terkekeh, lalu memberikan usapan di pipi bulat Jenjen yang terlihat kemerahan.

Perjalanan dari Bandara ke lokasi penginapan menempuh waktu sekitar 40 menit. Selama perjalanan, terlihat langit sangat cerah dengan matahari yang terik, dan udara pun cukup panas. Esa membuka tas kecil miliknya yang juga digunakan untuk menyimpan barang milik Nayata, ia mengambil sunscreen stick kemudian mengoleskan ke area yang tidak tertutup pakaian.

"Sini mau aku pakein?" Tanyanya yang langsung diangguki oleh si manis.

Dengan telaten Esa memakaikan sunscreen pada area wajah, leher, tengkuk dan juga tangan. Ia juga memakaikan sedikit pada putranya yang masih terlelap. Jenjen sempat bergerak karena merasa sensasi dingin tapi kemudian kembali terlelap lagi.

TEMAN HIDUP | NOMINWhere stories live. Discover now