28. Pertengkaran

17.1K 1.9K 98
                                    

Teman Hidup

Teman Hidup

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Sebenarnya setelah beberapa hari lalu suaminya sakit, Nayata membatasi kegiatan Esa tetapi karena mendapatkan undangan dari saudara jadi hari ini Esa dan Nayata berencana menghadiri acara syukuran 7 bulanan saudara Esa yang kebetulan merupakan sepupu dekat. Nayata sengaja menyiapkan hadiah untuk si bumil dan calon bayi. Ia mengemas rapi hadiah tersebut kemudian menaruhnya di paper bag.

"Sayang udah beres?"

"Udah, Mas. Yuk berangkat."

Tempat acara tak begitu jauh dari rumah mereka, hanya menempuh perjalanan sekitar 20 menit saja. Saat mereka sampai, tempat itu sudah ramai oleh keluarga besar. Hari ini mereka sengaja mengenakan pakaian berwarna seragam putih atau biru.

"Nah ini pengantin baru udah dateng. Halo sayang, apa kabar?" sapa salah satu wanita yang merupakan adik Papa Danu.

"Baik Tante. Tante gimana?"

"Tante juga baik, yuk masuk dulu."

"Semuanya, kenalin nih suaminya Esa, namanya Nayata," ia mengenalkan Nayata di depan keluarga.

"Panggil aja Nana," Nayata tersenyum ramah.

Setelah memperkenalkan diri, banyak sapaan dari sepupu serta para orang tua yang lain. Keduanya duduk berdampingan di salah satu sofa.

"Kamu tegang?" bisik Esa.

"Dikit,"

"Jangan tegang. Gapapa kok, bentar lagi Mama juga dateng," Esa menggenggam tangan suaminya.

Dari kejauhan munculah seorang wanita yang ia ingat datang di acara pernikahannya dulu. Wanita itu sempat menyindir jika Esa menikah dengan Nayata maka akan seperti mengurus anak kecil. Raut wajahnya berubah menjadi kesal setelah bertemu pandang dengan Nayata yang tengah duduk santai bersama dengan Esa.

"Malah duduk di situ bukannya bantuin, sini gabung Nayata," ucap wanita yang dipanggil biasa Bude.

"Aku ke sana dulu ya Mas?" ia mendekat ke arah wanita itu dan mengikutinya menuju area belakang rumah.

Di sana sudah ada 3 wanita lain yang berwajah tak kalah galak. Sebenarnya Nayata sedikit takut, tapi demi menghormati keluarga suaminya ia menurut saja. Lagi pula ia memang harus membantu kan, tak enak jika Nayata hanya duduk saja sedangkan yang lain bekerja.

"Nah gini dong, menantu tuh bantuin masak," ucap wanita bernama Tante Ayu.

"Nih kupasin kentangnya," bude memberikan pengupas kentang pada Nayata.

"Iya, Bude."

Ia belum pernah mengupas kentang jadilah Nayata memperhatikan orang lain kemudian menirunya. Kegiatan ini tidak sulit tapi juga tidak mudah, terkadang pisau pengupas terasa macet dan berat ditambah ukuran kentang yang besar.

TEMAN HIDUP | NOMINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang