32. Bimbingan

14.8K 1.8K 198
                                    

Teman Hidup

Setelah beberapa kali bimbingan online kali ini mereka harus melaksanakan bimbingan secara tatap muka, jadilah si kembar dan Nayata harus pergi ke rumah dospem mereka untuk melakukan sesi bimbingan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Setelah beberapa kali bimbingan online kali ini mereka harus melaksanakan bimbingan secara tatap muka, jadilah si kembar dan Nayata harus pergi ke rumah dospem mereka untuk melakukan sesi bimbingan. Sebenarnya Esa sempat tidak mengizinkan, tapi setelah dibujuk dan menjelaskan akhirnya pria itu memberikan izin pada sang suami. Rencananya hari ini Renji yang akan menjemput Nayata ke rumah.

"Pake maskernya yang bener," Esa membenarkan posisi masker Nayata yang agak kebesaran.

"Jangan lupa jaga jarak, kalau udah selesai bimbingan langsung pulang okay?" lanjutnya.

"Iya mas, tenang aja. Aku bakal jaga diri plus jagain Baby Ji juga. Pokoknya Mas jangan khawatir."

Esa menarik sang suami ke dalam pelukan, kemudian menciumi pipi Nayata berkali-kali, "Udah disiapin file-nya?"

"Aman kok, udah aku print semalem. Jangan khawatir Mas, aku udah gede tau."

"Walaupun udah gede, kamu jadi tanggung jawab aku, Na."

"Pokoknya Mas tenang aja, aku gak akan nakal. Ada si kembar juga yang bakal jagain aku."

Tak lama sebuah mobil masuk ke pelataran rumah disusul munculnya Renji. Pria itu langsung tersenyum ketika melihat Nayata dengan perut membesar, baginya hal itu sangat menggemaskan.

"Nanaku!"

"Renjiiiii!" keduanya berpelukan sekilas.

Renji gantian menatap Esa yang seolah tengah mengamatinya dari atas ke bawah, "Tenang aja Pak Bos saya dari rumah, gak ke mana-mana langsung ke sini. Dua hari lalu test swab dan negatif, pokoknya aman."

"Sorry ya, Ren. Saya cuma khawatir."

"Santai aja Pak, saya paham kok. Ya udah kalau gitu ini pakmilnya saya bawa dulu ya. Saya jagain kok."

"Mas aku berangkat ya?" seperti biasanya Nayata salim pada sang suami kemudian memeluknya sekilas.

Esa masih melambaikan tangan melihat mobil Renji yang kini mulai keluar dari halaman rumah mereka. Mungkin benar, ia harus percaya pada Nayata, pria itu pasti bisa menjaga dirinya sendiri dan juga Baby Ji.

Sebenarnya hari ini Renjani berencana untuk ikut, tapi wanita itu malah sakit, jadi ia terpaksa bimbingan tatap muka di lain waktu. Ia takut membahayakan yang lain. Sepanjang perjalanan, keduanya bercerita banyak hal, Renji sesekali mengusap perut Nayata. Katanya sih gemas.

Nayata sangat merindukan momen seperti ini, di mana ia bisa bertemu temannya dan keluar rumah. Rasanya melihat jalanan kota dari dalam mobil saja sudah sangat cukup. Tak berselang lama, keduanya sampai di area komplek dosen mereka.

"Ini bukan ya?" Nayata melihat keluar jendela, sebuah bangunan rumah mewah bercat putih.

"Nomor 23. Bener yang ini kayaknya." Renji keluar untuk memastikan pada satpam yang berjaga dekat gerbang.

TEMAN HIDUP | NOMINWhere stories live. Discover now