14. First Dance

24.8K 3.1K 140
                                    

Teman Hidup

Teman Hidup

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Kali ini Nayata tengah mengikuti rapat bersama dengan beberapa orang lain di lantai 8. Saat rapat sudah selesai, sang suami memberikan kode padanya untuk mengikuti Esa pergi ke ruangan kerja, sepertinya ada yang ingin Esa bicarakan. Jadi sebagai alasan, ia menyuruh Nayata membawa beberapa berkas agar tak begitu dicurigai oleh karyawan lain. Setelah keduanya sampai di dalam, Esa langsung mengunci pintu.

"Saya mau kasih kunci mobil ke kamu, nanti kamu tunggu di mobil aja. Saya ada perlu bentar sama Manager logistik pas jam pulang kerja," Esa mengambil kunci mobil dari laci kemudian menyerahkannya pada sang suami.

"Mas Esa jadi ke Mal?"

"Jadi, kamu gapapa kan temenin saya?"

"Gapapa kok, Mas."

Ia membuka jaket lalu menggantungkannya di tempat khusus dan sekarang hanya menyisakan kaos putih polos yang terlihat agak pas dengan tubuh gegapnya. Lalu secara tiba-tiba Esa mendekat ke arah Nayata kemudian mengulurkan tangan untuk menyingkirkan sesuatu yang menempel di rambut pria itu lalu melontarkan senyuman, "Ada potongan kertas."

"Ah, kayaknya tadi ga sengaja nempel pas abis motongin kertas."

Wajah Nayata memerah karena saat ini suaminya masih berdiri begitu dekat sembari mengusap rambutnya dengan gerakan lembut, seolah tengah merapikan area yang agak berantakan. Saat matanya tak sengaja melirik ke arah wajah Nayata, Esa kembali tersenyum lebar kemudian melontarkan sebuah pertanyaan untuk menggoda yang lebih muda.

"Kenapa wajahnya merah gitu?"

"Nggak!" elaknya sembari melihat ke arah lain berusaha tak menatap mata Esa agar pipinya tidak semakin merona. Entah kenapa Nayata tiba-tiba seperti itu hanya dengan perlakuan kecil dari Jovano San Mahesa.

"Lucu banget sih," ia berniat mengusap pipi Nayata namun pria itu sudah terlebih dahulu mundur beberapa langkah.

"Mas aku balik ke lantai 6 ya, mau lanjut kerja."

"Oke, nanti saya kabarin lagi."

Sepeninggal Nayata dari sana, Esa masih tetap tersenyum kecil. Otaknya belum bisa menghilangkan bayang-bayang raut wajah suaminya barusan. Apalagi tadi nyaris saja Esa menyentuh pipi Nayata yang terlihat begitu menggemaskan.

🌷🌷🌷

Nayata mengemasi barangnya saat sudah tiba jam pulang kantor, hari ini Galang lagi-lagi menawarkan menjemputnya tetapi tentu saja sudah ditolak karena ia akan pulang bersama sang suami. Ia tak mau sampai mengulangi kesalahan yang sama dua kali. Menurutnya Esa sudah sangat sabar menghadapinya, ia tak boleh seenaknya.

"Bye Nana!" pamit si kembar sebelum turun ke lantai satu.

"Hati-hati di jalan!" ucapnya kemudian pintu lift kembali tertutup menuju basement.

TEMAN HIDUP | NOMINWhere stories live. Discover now