33. Kerusakan Mental 🌷

Start from the beginning
                                    

Teruntuk Alvian, mungkin kita emang gak berjodoh. Aku udah rusak dan semakin rusak. Aku gak ada muka buat ketemu lagi. Semoga kamu bisa cepat move on dari aku dan bahagia sama perempuan lain.

Adiva pasrah begitu saja. Ia hendak menggigit lidah. Pada waktu bersamaan, bunyi dobrakan pintu terdengar keras.

BRAK!

Tatapan Adiva dan Rean langsung mengarah ke sana. Ada Alvian dan juga Leo yang berdiri di ambang pintu.

"Bajingan!"

Alvian mengepalkan kedua tangan erat. Cowok itu langsung maju memisahkan Rean dari tubuh Adiva.

BUGH!!

Rean tersungkur ke lantai. Belum juga sempat berdiri, Alvian sudah menerjang dan menonjok rahangnya habis-habisan.

"Adiva salah apa sama lo sampai lo tega berbuat seperti itu, Babi?!"

Tanpa menunggu jawaban Rean, Alvian lanjut menonjoknya.

BUGH!
BUGH!
BUGH!

Rean memuntahkan segumpal darah segar. Sudut bibirnya robek. Gigi putih Rean patah, tapi Alvian tidak ada niat mengampuninya sama sekali. Cowok itu seperti kerasukan setan, terus menghajarnya.

"Cukup. Dia bisa mati." Leo memisahkan Alvian dari Rean.

"Lo bawa Adiva pulang!" seru Alvian menatap marah Leo. "Tenang aja. Gue gak akan ngebiarin bajingan itu mati semudah ini. Gue akan siksa dia sampai akhir hayat dia!"

"Okay. Fine." Leo meninggalkan Alvian yang kembali menghajar Rean.

Leo segera menghampiri adik kandungnya yang berada di atas kasur.

Leo melihat kondisi Adiva. Pakaian Adiva masih utuh, tapi di lehernya sudah tertinggal banyak bekas ciuman dari Rean.

"Setan!" geram Leo emosi. Cowok itu segera mengusap leher Adiva dengan sapu tangan.

Adiva hanya terdiam diperlakukan seperti itu oleh Leo.

"Div? Respon." Leo menepuk-nepuk pipi Adiva pelan.

Tatapan Adiva kosong. Matanya agak menggantung ke atas. Wajahnya pucat sekali. Adiva terlihat seperti mayat hidup.

"Div. Jangan ngagetin gue!" panik Leo.

Tanpa berlama lagi, Leo segera mengangkat Adiva, membawanya ke psikolog untuk menenangkan jiwanya.

🌷🌷🌷

Leo bernapas lega ketika memastikan Adiva sudah tertidur lelap di atas pangkuannya.

Leo mengusap rambut pendek Adiva seraya menatap ibu angkatnya. "Kondisi dia udah baikan?"

Dokter Clarie yang tengah menyelimuti Adiva mengangguk. "Udah. Setelah dikasih terapi psikolog, keadaannya udah membaik. Cuma ...."

"Cuma?"

"Dia mengalami trauma kedua kalinya. Kasihan sekali."

Leo menghela napas berat setelah mendengar perkataan dokter Claire. Andai bisa dipindah, Leo bersedia jika trauma Adiva dipindahkan ke Leo semua.

ALVIVA (END)Where stories live. Discover now