28. DUNIA BARU DAN DUNIA YANG HILANG

309 50 2
                                    

"Aku pergi bukan karena kamu. Tapi karena Tuhan sayang aku. Dia gak mau aku menderita di dunia yang selalu menghancurkan ekspetasi dengan realita." -TITIKLUKA

28. DUNUA BARU DAN DUNIA YANG HILANG.

Pada awalnya aku tidak tahu harus sebanyak apa aku mengucapkan kata terima kasih kepada Tuhan atas kebaikannya yang telah memberiku kesempatan untuk melihat kembali dunia yang Dia ciptakan.

Tapi sekali lagi. Sekali lagi aku di jatuhkan kembali. Mata yang kini aku gunakan untuk melihat isi dunia, mata yang kini akan selamanya menjadi milikku, ini adalah mata dari seseorang yang mengorbankan dunianya untukku. Aluna Pelangi.

Aku memang marah padanya karena dia telah tega membuat aku kesulitan dalam menjalani hidup. Tapi bukan begini cara dia menebus segala dosa yang dia punya. Bukan begini cara yang aku mau. Bukan dengan cara memberikan dunianya untukku.

Air mata yang pada awalnya hanya turun setetes kini menjadi begitu deras saat Bintang memberikan sepucuk surat yang dititipkan Aluna untukku.

Surat yang menjadi tulisan terakhir Aluna sebelum dia pergi meninggalkan dunia ini sangat jauh. Sangat jauh sampai aku tidak bisa lagi menghampirinya untuk memarahinya karena telah bodoh memberikan kedua mata untukku.

Perlahan aku membuka surat itu dan membacanya dengan detail.

Dari Aluna Pelangi
Untuk Bulan Batari

Bulan, sebelumnya maaf.
Maaf karena gue udah jahat sama lo demi kebahagiaan gue sendiri. Maaf karena gue adalah manusia egois.

Lan, dulu juga gue buta sama kaya lo. Tapi gue buta akan orang-orang baik di sekitar gue. Gue gak liat lo dan temen-temen yang awalnya udah bisa nerima gue sebagai temen mereka. Gue buta gak liat lo yang udah baik masih mau maafin gue setelah gue nyakitin lo ber kali-kali, bahkan lo masih mau berteman sama gue pada saat itu.

Tapi dengan bodohnya gue nyingkirin lo demi 1 orang yang gue pikir cuma dia satu-satunya orang yang gue punya. Padahal gue punya lo dan temen-temen. Padahal kalo saat itu gue cerita sama lo atau sama temen-temen, gue pasti bisa lewatin masalah yang lagi gue hadapain. Gue gak akan merasa sendiri.

Lan, hidup itu keras, kejam, dan menyeramkan. Tapi lo beruntung punya mama yang sayang sama lo, temen-temen yang sayang sama lo, dan Bintang yang sebegitu sayangnya sama lo walaupun dia selalu gagal buat ngelindungi lo.

Sedang gue gak punya siapa-siapa, Lan. Bahkan orang terdekat gue sendiri lah yang menjadi duri dalam hidup gue. Rasanya seperti gue tinggal di dalam rumah berduri. Setiap hari gue merasa kesakitan. Rasanya sangat lawak saat gue di siksa sama orang tua angkat gue sendiri. Gue sangat lelah, Lan. Capek. Tapi gue gak punya siapa-siapa untuk bersandar.

Tapi lo tenang aja, Lan. Mungkin sekarang gue udah bahagia saat lo baca surat ini. Gue bahagia di dunia gue yang baru. Yang pasti, tempat gue sekarang lebih baik dari pada sebelumnya.

Gue tau lo sebaik itu. Pasti lo lagi nangis kan? Gak usah nangis, Lan. Air mata lo gak pantes buat orang pengecut kaya gue.

Oiya, Lan, mungkin lo akan benci saat lo bercermin nanti. Karena mata yang ada di lo sekarang adalah mata yang selalu menatap kebencian untuk lo. Dan mata ini juga mata yang lo benci selama ini.

Maaf, Lan, maaf karena gue kasih mata ini buat lo. Tapi setidaknya hanya ini yang bisa gue lakuin buat bikin lo hidup bahagia seperti semula lagi.

Mulai semuanya dari awal, Lan. Jadiin mata ini sebagai mata yang menyorot  keindahan bukan kebencian saat menatap orang orang. Mata ini ingin melihat lo tersenyum.

TITIK LUKA 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang