14. MENJADI BAGIAN DARI LAWAN

339 46 1
                                    

🌜happy reading🌛

"Cara terbaik untuk mengalahkan lawan adalah menjadi bagian dari lawan itu sendiri." -TITIKLUKA2

14. MENJADI BAGIAN DARI LAWAN

Kedua temanku bengong. Setelah mendengar ucapanku kedua manusia itu mendadak jadi batu. Padahal aku tidak mengutuknya.

"Ta-tadi lo bilang apa, Lan?" tanya Rani ragu.

"Bentar, Lan! Sebelum lo jawab gue mau berdoa dulu. Ya Tuhan semoga tadi aku salah denger," kata Rani menyatukan kedua tangannya, menengadah.

"Lo nggak salah denger," ujarku.

Rani dan Ranu makin terkejut ditempat. Mereka yang tadinya sedang duduk langsung berdiri.

"WHAT? YA ALLAH." Rani memegang kepalanya, pusing sendiri, "Nu! Kasih tau gue sekarang juga. Tadi Bulan bilang apa? Kasih tau gue yang sebenar benarnya!" Rani memegang kerah baju Ranu. Gemas.

"Woi maklapir! Lepasin tangan lo! Huss!" Sentak Ranu tidak terima.

"Jawab Ranu jelek! Tadi Bulan ngomong apa? Please, Nu. Yakinin gue kalau tadi gue cuma salah denger," Rani memohon.

Ranu menghela napas, "yang tadi lo denger bener. Bulan bilang Gue bakal jadi temen Aluna. Temen deket. Mulai hari ini." Ranu mengulang ucapanku tadi.

Ucapan yang membuat Rani heboh tidak percaya. Sejujurnya aku juga tidak percaya kalau mulai hari ini aku akan menjadi  teman dekat Aluna. Targetku. Target untuk ditangkap.

"Lan, lo nggak habis kepentok atau kepeset, 'kan?"

"Oh atau jangan jangan lo habis dance tiktok terus tiba tiba kepeleset gitu! Makannya lo jadi rada gila? Iya, 'kan Lan?"

Rani masih berharap kalau aku tidak benar benar merencanakan itu.

"Tapi, Ran. Kalau Bulan kepeleset pas lagi dance tiktok. Kok vidionya nggak masuk fyp gue?"

Rani menjambak rambut Ranu yang sengaja dia kuncir pucuk rambutnya. Membuat si Ranu kesal karena kunciranya jadi rusak.

"Manusia mah memang nggak punya sopan santun anjir. Hancur martabat gue sebagai badboy dan coldboy," komentar Ranu kesal.

"Diem atau gue jambak rambut lo?" Rani melotot ngeri.

"Lo, Lan. Maksud lo apa mau jadi temennya si curut? Dia musuh lo. Musuh bukan untuk dijadikan teman. Tapi buat dikalahkan," tegas Rani menatapku serius.

Aku menepuk lengan cewek itu pelan, "tenang, Ran. Temen nggak selamanya benar benar jadi temen. Temen itu cuma kata kata aja. Tapi di dalam kata temen. Tetap akan ada kata musuh."

Ranu bertepuk tangan. Cowok itu kelihatan paham, "gila. Taktik lo serem juga," ujar Ranu bangga.

"Maksudnya gimana sih? Kok gue mendadak goblok sendirian?" Rani bingung.

"Ran. Kalo gue nggak bisa kalahin lawan gue secara terang terangan. Artinya gue harus serang dia pake cara aman. Dan cara terbaik ngejatuhin lawan adalah menjadi bagian dari lawan," ucapku tersenyum setengah bibir.

Rani bengong. Cewek itu berkedip sesekali. "Jadi ini yang dibilang, musuh di dalam selimut. Atau serigala berbulu domba. Lo bakal jadi keduanya?" Rani masih terkagum kagum.

Dengan bangga aku mengangkat kedua alis, "yaps. Bermain cantik lebih menjanjikan kemenangan," ujarku yakin.

"Ini lebih ke licik sih," celetuk Ranu tertawa kecil.

TITIK LUKA 2Where stories live. Discover now