3. DIRAMPAS DENGAN CEPAT

385 49 9
                                    


JANGAN LUPA VOTE
PLEASE JANGAN TAKUT BUAT VOTE:)

🌜Happy Reading🌛

"Sebanyak-banyaknya teman yang kamu punya. Mereka tetap tidak berguna saat kamu sedang berada dititik terendah kamu. Kecuali jika mereka teman yang tulus" -TITIKLUKA2

3. DIRAMPAS DENGAN CEPAT

Aku pernah bilang bahwa yang saat ini ingin aku lakukan hanyalah menghabiskan waktu untuk bermain bersama banyaknya teman yang aku punya. Aku hanya ingin melewati masa-masa terakhir di SMA untuk bersenang-senang, menciptakan segala kenangan indah agar bisa dikenang nantinya. Namun sekarang semuanya telah berubah. Hanya dalam waktu singkat, aku bisa kehilangan masa-masa yang seharusnya menjadi masa terindah di masa SMA. Banyaknya teman yang aku punya sekarang telah menjauh. Jangankan untuk bermain bersama, menyapa pun sudah tidak mereka lakukan. Segitu cepatnya roda dunia berputar.

Kadang aku menyesal, kenapa harus aku yang menemukan Aluna saat itu?

Aku berjalan dengan tatapan sendu, melewati lorong-lorong yang biasanya aku lewati bersama Disa, Bintang, Fahri, dan Jo. Kali ini aku jalan seorang diri, seperti daun yang dihempaskan oleh angin tanpa seorang teman. Tinggal aku seorang. Semenjak kejadian itu mereka selalu mengabaikanku. Mereka pergi tanpa mengajakku, entah itu kekantin, nongkrong, atau apapun hal yang biasa kami lakukan bersama.

Langkahku berhenti diloker milik Aluna, tempat yang memang menjadi tujuanku. Aku ingin mencari sesuatu yang bisa menjadi jawaban kenapa Aluna bisa senekat itu ingin mengakhiri hidupnya. Sampai-sampai harus aku yang terkena imbas dari perbuatan gila yang dia lakukan.

Aku membuka loker Aluna yang kebetulan tidak terkunci.

“Aluna Aluna. Selalu ngerepotin,” celetukku sembari mengobrak abrik isi loker cewek itu.

Tidak ada yang bisa aku temukan selain tumpukan buku dan alat-alat skincare miliknya. Lihatlah, bahkan disekolah pun dia menyimpan skincare. Sangat ribet menjadi orang cantik.

Aku berhenti mencari. Mataku menyorot satu barang yang cukup menarik perhatianku. Sebuah bingkai foto berukuran sangat kecil dengan foto sosok perempuan muda yang sedang menggendong anak kecil. Aku berpikir bahwa itu foto Aluna dan mamanya. Ya, mungkin, karena itu ada didalam loker miliknya.

“Aluna, kenapa kamu nyusahin banget, sih, Na?”

“Tau gini mending kamu beneran mati aja!”

“Eh? Astagfirullah Bulan! Sejak kapan kamu berhati setan gini?”

Aku menghela napas lelah setelah sadar dengan apa yang baru saja aku ucap. Aku saja heran kenapa aku malah mau Aluna mati beneran. Egois memang. Tapi setidaknya kalau dia mati beneran aku nggak akan kena sial kaya gini.

(maaf banget, Na. Tapi aku beneran kesiksa banget gara-gara kamu.)

“Ngapain lo di sini?”

Aku tersentak kaget. Buru-buru aku menutup kembali lokernya.

Bintang menatapku curiga.

Cowok yang masih membawa tas ransel di punggungnya itu memicingkan kedua matanya. “Gue tanya ngapain lo di sini?” tanya Bintang sekali lagi. Ekspresinya benar-benar tidak enak untuk dilihat.

“Nggak ngapa-ngapain, kok! Cuma kebetulan mampir aja. Kalau gitu duluan ya, Tang,” Aku langsung pamit. Gugup parah. Nggak nyangka juga bakalan kegep Bintang.

“Tunggu,” sergahnya membuat aku menoleh lagi dengan wajah yang masih kaku.

“Kenapa?”

“Lo berangkat sama siapa?” tanya Bintang datar. Tapi aku tahu kalau dia beneran penasaran.

TITIK LUKA 2Where stories live. Discover now