Percakapan makan siang itu dpenuhi dengan Lucius yang terus-menerus menyinggung masalah perjalanan Viori ke ibukota dan pertemanannya dengan Mikhail, dibalas dengan Mikhial yang terus-menerut mengubah arah perbincangan untuk memuji Viori dan meledek Lucius.

"Kurasa pertemuan kali ini cukup sampai disini dulu." Lucius menyunggikan senyum bisnisnya.

"Sekretaris saya akan mengantarkan anda ke kamar tamu, jika ada yang dibutuhkan pangeran cukup membunyikan bel dan ksatria jaga yang saya taruh didepan kamar anda akan membawakannya." Reinhard bergerak ke samping Mikhail dan menuntunnya keluar dari ruang makan.

"Ia akan menginap?" tanya Viori sambil perlahan menyeka riasan bibirnya yang sedikit luntur setelah minum.

"Pangeran Mikhail akan menginap selama beberapa hari, dikarenakan perbatasan Kerajaan Vennia yang sepertinya sedang banyak masalah. Jadi untuk keamanannya dan menjaga perdamaian antar kerajaan, aku memutuskan lebih baik ia menginap."

"Aku tidak menyangka." 

"Tidak menyangka apa?"

"Tidak menyangka kau belum mengajaknya ribut, mengingat kau begitu membenci hadiah-hadiah yang dikirimkannya selama aku sakit."

Lucius malah tertawa, ia sendiri tidak habis pikir. Setelah kedatangan Viori ke ruang makan, rasanya tensi yang tadinya naik karena berbicang dengan Mikhail langsung turun dan dirinya langsung melunak.

"Kau bisa berterimakasih kepada dirimu sendiri untuk itu." 

Viori tidak begitu menangkap apa maksud Lucius tapi ia mengangguk pelan saja.

"Oh iya, tadi kau bilang ini gaun... ibumu?" Viori mengingat perkataan Lucius awal tadi, ia menahan rasa penasarannya karena rasanya tidak pantas menanyakan mengenai masalah pribadi Lucius didepan tamu negara. 

"Gaun buatan ibuku." Lucius memandang jauh ke bagian kosong di ruang makan.

"Mari, akan kujelaskan di ruang kerjaku." Lucius menyodorkan tangannya untuk menuntun Viori. 

Sepanjang perjalanan kembali ke ruang kerjanya, Lucius tidak sekalipun melepaskan genggaman tangannya dengan Viori, malahan genggamannya makin kencang makin mereka mendekati akhir perjalanan. 

Di dalam ruang kerjanya, Lucius menggeser salah satu rak bukunya yang sejajar dengan pintu masuk, disingkapnya lemari berisikan berton-ton buku dengan satu tangan. Dibaliknya terdapat sebuah lukisan potret seseorang, ukuran lukisan itu jauh lebih kecil dibanding potret-potret yang Viori sering lihat menghiasi dinding lorong pintu masuk Istana Altair atau Istana Sirius. Lukisan itu sudah sedikit buram, sepertinya cairan yang melapisi lukisan itu meleleh sehingga warna-warnanya tidak terlindungi dengan baik. Potret itu menggambarkan seorang wanita yang terduduk dengan gaun warna hijau tua, rambutnya panjang, sangat panjang bahkan sampai ujungnya tidak terlukis. Rambutnya berwarna hitam pekat, warna yang sudah biasa Viori lihat, warna hitam kemerlap seperti langit malam. Matanya berwarna hijau tua senada dengan warna velvet bajunya. 

"Ini... ibumu?" Pandangan mata Viori tidak bisa lepas dari potret itu. Walaupun agak buram, tapi sorot mata sayu wanita itu menggambarkan keteduhan yang hangat, sesuatu yang tidak pernah dilihatnya sebelumnya. 

"Aku memiliki masa kecil yang... lumayan wajar. Ibuku tidak berasal dari sini. Ia adalah putri kerajaan tetangga, ia dinikahkan dengan, ehm- ayahku yang merupakan Duke sebagai ganti perjanjian politik."

Viori tidak tahu harus bereaksi seperti apa, masa lalu Lucius tidak pernah dibahas sejauh itu didalam webtoon. 

"Tapi begitu usiaku menginjak enam tahun, ibu dan aku yang tadinya tinggal sendiri di istana kecil di pinggiran ibukota ditarik masuk kembali ke istana utama. Bersama dengan lima orang saudara tiri, ayahku mengadakan.... sayembara, atau kau bisa menyebutnya perebutan takhta."

Seperti bisa menebak alur cerita Lucius, wajah Viori reflek sedih.

"Istri-istri dari ayahku berlomba-lomba dengan anak mereka. Ibu tidak pernah ingin aku bersaing, tapi nyawa kami berada dalam bahaya jika kami menyerah. "

Tiba-tiba Viori merasa mengingat secuil penjelasan singkat diantara berparagraf-paragraf penjelasan yang dibacanya di webtoon. 'Lucius membunuh saudara-saudaranya untuk takhta Duke setelah ibunya meninggal.'

"Aku melakukan segalanya untuk bertahan, tapi ibu jatuh sakit dan meninggal tiga tahun sebelum aku naik takhta. "

Lucius memegang ujung lengan gaun Viori yang sedikit berenda. "Saat sedang sakit parah, ibu membuat gaun ini untuk.... pasanganku di masa depan." Suaranya agak memelan di akhir kalimat.

"Itulah kenapa gaun ini ada di lemari pakaianku?" Viori masih tidak habis pikir bagaimana bisa gaun sepenting ini berakhir di ujung lemari pakaiannya, tertumpuk dengan gaun-gaun lain. 

"Aku ingat dulu menyimpannya baik-baik di lemari pakaianku, mungkin salah satu dayang baru membereskannya dan berpikir gaun itu salah tempat."

"Gaun ini sangat cantik." Viori setengah berputar ke kiri dan ke kanan membuat renda yang berada di ujung gaunnya bergerak seperti ombak yang saling bertabrakan. 

"Dan sangat cantik kau kenakan." Lucius masih tidak bisa menatap langsung mata Viori, 'Lumayan, perkembangan' pikir Viori sambil tersenyum.




I Need to Escape from The Duke!Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt