Part 31 - Semua Berpaling

107K 14.3K 7.2K
                                    

Hai, hai aku balik lagi. Ada yang kangen?

Coba ketik Aaaaa di sini 👉

Udah pada mandi belum?

Spam nama Jihan 👉

Spam nama Haikal 👉

Spam nama Niken 👉

Spam nama Dirga 👉

Jangan lupa komentar yang banyak di setiap paragraf 😉

Happy reading 🤗

Berteman dengan sepi. Aku sendirian.
______

Jihan temenung di depan distro milik Dirga. Ia ragu untuk masuk ke dalam.

"Dirga kan punya distro, coba lo minta kerjaan ke dia aja buat sementara sampai ketemu pekerjaan yang cocok nanti." Begitu kata Mutia saat tadi pagi Jihan curhat via telpon.

Mencari pekerjaan memang tidak semudah yang dibayangkan. Jihan telah kirim CV ke berbagai perusahaan, tapi sejauh ini belum ada panggilan untuknya. Sementara desakan ekonomi semakin menuntut, apalagi Ibu Kos si orang batak yang terus meneror Jihan.

Setelah memantapkan hati, Jihan akhirnya masuk ke dalam distro. Distro milik Dirga menjual kaos-kaos dengan gambar costum untuk laki-laki atau perempuan. Ada juga kemeja dan celana jeans. Suasana cozy menambah nilai plus distro milik Dirga ini.

"Selamat siang," sapa salah satu karyawan Dirga dengan ramah. Seorang perempuan yang mungkin seumuran dengan Dirga.

"Siang. Dirga-nya ada?" tanya Jihan.

"Dirga? Ada. Lagi di atas," jawabnya. "Sudah ada janji, Mbak?"

Jihan mengaruk tengkuknya. Bagaimana bisa buat janji sementara Dirga tidak pernah membalas pesannya?

"Belum. Tapi dia kenal saya, kok. Bilang saja Jihan datang," ujar Jihan.

Karyawan itu tersenyum ramah. "Baik. Tunggu sebentar ya, Mbak."

Namun sebelum karyawan itu pergi ke lantai dua, mata Jihan terlebih dahulu menangkap kehadiran Dirga yang turun dari lantai dua. Laki-laki itu tampak baik-baik saja.

Sudah berapa mereka tidak bertemu? Jihan tidak tahu dimana letak kesalahnnya sampai Dirga menjauh.

"Dirga," panggil Jihan. Senyuman Jihan kelewat lebar. Dia bahagia bisa bertemu dengan Dirga.

Wajah Dirga berubah datar melihat kehadiran Jihan. Mata laki-laki itu menyorot tanpa minat, membuat Jihan berkecil hati. Pasti ada sesuatu yang salah di sini yang Jihan tidak mengerti.

"Gue lagi sibuk. Ada perlu apa?" tanya Dirga dingin.

Jihan memaksa senyuman, merasa kikuk dengan respons Dirga. "Lo ke mana aja? Kenapa chat gue nggak pernah dibalas. Ih, sok sibuk banget sih."

"Kita nggak seakrab itu sampai harus selalu bertukar kabar."

Jihan membeku mendengar kata-kata Dirga.

"Gue salah apa sama lo? Kenapa sikap lo berubah?" tanya Jihan tak terima dengan sambutan Dirga.

"Tanya diri lo sendiri!" balas Dirga.

"Ya apa?! Gue nggak akan tahu kalau lo nggak bilang!" debat Jihan.

Dirga berdecih sinis. "Pura-pura polos?"

"Maksud lo apa?!"

"Lo itu orang jahat! Gue nggak nyangka ada orang sejahat lo!" Dirga balas mendebat dengan sengit.

Jihan coba mengingat-ingat kesalahan apa yang sudah dia perbuat pada Dirga. Terakhir kali mereka bertemu di toko bunga. Bukannya saat itu Dirga yang meninggalkan Jihan di toko bunga? Harusnya Jihan yang marah di sini.

"Jangan kira gue nggak tahu kalau lo yang sebar gosip tentang Kak Niken!" beritahu Dirga.

Oh, jadi disini letak kesalahnnya.

"Karena gosip murahan itu Kak Niken pergi. Kak Niken nggak pantas menerima perlakuan seperti ini," lanjut Dirga.

Terus gue pantas? batin Jihan.

Jihan tertawa miris dalam hati. Sedih rasanya. Tidak ada yang berpihak pada dia. Dirga sama saja dengan Haikal, meninggalkan Jihan demi Niken.

Jihan menundukkan pandangan menatap lantai bersih distro milik Dirga. Dia malu pada karyawan Dirga yang menatap dengan pandangan memojokkan.

"Gue pergi dulu," ujar Jihan dengan suara bergetar.

Ternyata Dirga juga bukan rumah untuknya. Bukan tempat ternyaman untuk pulang.

*****

Tidak, tidak ada air mata yang jatuh dari mata Jihan. Dia tidak apa-apa. Sungguh.

Namun sesak.

Jihan menatap langit biru yang cerah, sangat berbanding terbalik dengan suasana hatinya yang mendung.

Niken, kenapa lo rebut semua milik gue? batin Jihan.

Entah kenapa kebencian Jihan pada perempuan itu semakin menjadi. Benci yang benar-benar benci.

Kaki Jihan melangkah ragu begitu sampai di depan kosnya. Ada Haikal tampak berbincang dengan Ibu Kos Jihan.

"Nah, ini si Jihan. Akhirnya pulang juga kau. Pacarmu sudah nungguin kau dari tadi. Utang kosmu juga udah dilunaskan sama pacarmu ini. Nggak kusangka pande juga kau ya pilih laki-laki," ujar si Ibu Kos.

Jihan memandang tanpa minat.

"Carikan lah samaku satu yang kayak gini," goda Ibu Kos sambil melirik Haikal jail. Pandangan jengah Jihan semakin menjadi saja.

"Ambil balik uang lo itu. Gue nggak butuh," ujar Jihan pada Haikal.

"Eh, eh apa-apaan kau?! Uang yang sudah ditanganku mana boleh diminta," sanggah Ibu Kos.

"Nanti saya bayar, Bu," balas Jihan.

"Nanti kapan? Aku juga butuh duit." Buru-buru si Ibu Kos pergi dari depan kos Jihan sebelum uang miliknya diminta kembali.

Kenapa masalah datang banyak sekali hari ini? Jihan tidak sanggup rasanya.

"Lo udah lihat hidup gue yang menyedihkan. Sekarang pergi dari sini," usir Jihan.

"Nggak! Sebelum kamu lunasi semua utangmu." Jawaban Haikal membuat kepala Jihan semakin pening.

"Gue nggak punya apa-apa, Haikal. Apa yang bisa lo harapkan? Tolong kasih gue waktu."

"Saya mau uang itu sekarang."

Mata Jihan berkaca-kaca. "Kasih gue waktu satu minggu."

"Sekarang, Jihan!"

"Lima hari."

Mata Haikal menyorot serius. "Saya ingin uang itu sekarang."

"Gue nggak punya uang, Haikal!"

"Kalau begitu kita selesaikan dengan cara lain."

Jihan sudah menduga hal ini terjadi.

Tbc

Spam next di sini 👉

Spam ❤

Spam 🐛

5000 komen. 3000 vote.

Share cerita ini diberbagai sosial media kalian supaya yang lain bisa ikut baper-baperan bareng 😉

Ig : ami_rahmi98

❌ Awas ada typo ❌

Pemeran UtamaWhere stories live. Discover now