Part 7 - Jadi Mantan

126K 14.6K 1.1K
                                    

Tes, tes, tes satu dua tiga......

Yuhuuu aku balik lagi bareng Haikal dan Jihan.

Say hi dulu dong 👉

Spam ❤ di sini 👉

Kalian baca cerita ini jam berapa? 👉

Yang jomblo siapa??? 👉

Happy reading ❤

Tuhan, Buat dia menyesal.
--Jihan--
______

Jihan tidak menyangka kini dia benar-benar putus dari Haikal. Seperti mimpi yang jadi nyata. Ia tahu bahwa hari di mana Haikal melepaskan tangannya pasti akan tiba. Sudah Jihan persiapkan hatinya jauh-jauh hari, tapi rasa sakitnya tetap saja perih yang teramat sangat dalam.

Lingkaran hitam di bawah mata Jihan menandakan bahwa ia tidak tidur satu malam suntuk. Bodohnya lagi Jihan menangisi perpisahannya dengan Haikal, jadilah hari ini matanya bengkak. Jihan tidak siap bertemu mantan dengan keadaan seperti ini.

"Pagi semua," sapa Haikal begitu memasuki ruangan.

Jihan menundukkan kepala, menyembunyikan wajahnya di balik layar komputer.

Ingin rasanya Jihan menghilang saja.

Haikal tampak baik-baik saja setelah perpisahan mereka. Lihat betapa cerah wajah lelaki itu.

"Pagi semua." Tiba-tiba Niken muncul dengan senyuman merekah.

Mendadak suhu ruangan semakin panas, orang-orang menatap Niken dengan pandangan tidak habis pikir.

Sudah menjadi rahasia umum dikalangan divisi marketing tentang Niken dan Haikal. Orang-orang tahu mengenai cinta segitiga yang Jihan jalani.

Cabe-cabean syariah menatap Jihan dengan pandangan nestapa. Belum sempat satu hari putus, Haikal membawa gandengan baru ke kantor.

"Aku bawa sarapan untuk kita semua." Niken mengangkat tinggi rantang bawaannya.

Terdengar suara tawa paksaan, lebih tepatnya canggung. Karyawan divisi marketing tidak enak hati pada teman mereka Jihan, tetapi lebih tidak sopan lagi jika menolak pemberian Niken.

"Nggak perlu repot-repot, Mbak Niken. Nanti kita semuanya jadi keenakan," Alvian buka suara.

Tidak perlu repot-repot katanya, tapi kaki Alvian melangkah menghampiri Niken untuk mengambil rantang pink dari tangan Niken.

Mei melotot melihat tingkah Alvian, ia mengisyaratkan Alvian tidak boleh menyentuh rantang itu. Namun Alvian hiraukan.

"Roti isi," seru Alvian girang.

"Ayo semua, silakan dicicipi," imbuh Niken.

"Nggak laper." Mei memasang wajah jutek. Entahlah, dia benci melihat Niken karena merebut Haikal dari temannya.

"Ini enak lho, Mei." Alvian menggigit potongan pertama.

"Nggak biasa makan roti, biasanya makan bakwan," jawab Mei semakin jutek.

Pemeran UtamaWhere stories live. Discover now